LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA IV
PENGAMATAN TANAH DENGAN INDERA
Oleh :
Nama :
Mety Apriyanti
NIM : A1L011152
Rombongan : 7
Asisten : Soffa dan Nova
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semenjak pertanian berkembang,
konsep tanah yang sangat penting ada konsep sebagai media alami bagi pertumbuhan
tanaman. Bila kota-kota besar berkembang tanah menjadi penting sebagai bahan
rekayasa guna mendukung jalan-jalan dan bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah
lebih banyak lagi mendukung fungsi rekayasa, termasuk untuk menimbun
bahan-bahan bangunan. Konsep tanah sebagai bahan rekayasa dikaitkan dengan
tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami pelapukan atau regolith (Foth,
1988).
Definisi tanah menurut Foth adalah
bahan mineral yang tidak pepat (unconsolidated) pada permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh factor-faktor genetic dan lingkungan, yaitu: iklim, organisme
serta topografi yang semuanya berlangsung pada suatu periode. Tanah itu adalah
tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat
bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural
material) dipermukaan bumi (Hakim, 1986).
Sifat
fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan
kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan
penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk
ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman,
semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi
warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
1.
Warna
Tanah
Warna tanah merupakan ciri tanah
yang paling jelas dan mudah ditentukan dilapang. Warna tanah mencerminkan
beberapa sifat tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah akan
menimbulkan warna lebih gelap. Tanah dengan drainase yang jelek atau sering
jenuh air berwarna kelabu. Tanah yang mengalami dehidratasi senyawa besi akan
berwarna merah.
Warna tanah akan berpengaruh pada
keseimbangan panas dan kelembaban tanah. Hal ini secara tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas organisme dan struktur tanah. Warna
tanah digunakan juga dalam penaksiran :
a. Tingkat
pelapukan atau proses pembentukna tanah, semakin merah berarti semakin lanjut
pelapukannya.
b. Kandungan
bahan organik tanah.
c. Drainase
tanah, warna merah atau kecoklatan, berdrainase baik ; sedang warna kelabu
menunjukan drainase yang buruk.
d. Horizon
pencucian/ pengendapan, warna putih mennunjukan horizon pencucian ; warna gelap
menunjukan horizon pengendapan.
e. Jenis
mineral, warna gelap dimungkinkan mengandung kuarsa, kapur ; merah mengandung
besi ; warna gelap mengandung boron atau mangan.
Penetapan warna tanah digunakan
Munsell Soil Colour Chart, yaitu :
1) Hue
: Warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
2) Value
: Merupakan kartu warna kearah vertikal yang menunjukkan warna tua dan muda
atau hitam dan putih.
3) Chroma
: Merupakan kartu warna yang disusun horizontal yang menunjukan Intensitas
Cahaya.
2.
Tekstur
Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan
relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat dalam suatu massa tanah. Tekstur
penting dalam penentuan sifat fisika, kimia, dan fisika-kimia tanah. Ada 3
macam tekstur utama tanah, yaitu : tekstur pasir (sand) yaitu tanah mengandung
pasir, presentasinya > 70%, lempung (loam) yaitu bila tidak ada kandungan
pasir dan liat, dan liat (clay) yaitu kandungan liat > 35%. Definisi ini
dapat diartikan dengan Kuantitatif dan Kualitatif. Secara Kualitatif, tekstur
menggambarkan tekstur tanah yang halus atau kasar. Semakin halus teksturnya,
kemampuan tanah menahan air rlatif tinggi, plastis, lengket, drainase buruk dan
sulit diolah. Tanah yang ringan mempunyai daya menahan air relatif rendah,
aerasi baik, air mudah lolos, dan mudah diolah. Secara kuantitatif, tekstur
tanah menunjukan presentase fraksi – fraksi dalam massa tanah.
Tekstur tanah di lapangan dapat
dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari
jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa
keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
Kelas
Tekstur
|
Rasa
dan Sifat Tanah
|
Pasir
|
Apabila
rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola
dan gulungan.
|
Pasir
Berlempung
|
Apabila
rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola
tetapi mudah sekali hancur.
|
Lempung
Berpasir
|
Apabila
rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah
hancur.
|
Lempung
|
Apabila
tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
|
Lempung
Berdebu
|
Apabila
terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan
dengan permukaan mengkilat.
|
Debu
|
Apabila
terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat
digulung dengan permukaan mengkilat.
|
Lempung
Berliat
|
Apabila
terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
|
Lempung
Liat Berpasir
|
Apabila
terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
|
Lempung
Liat Berdebu
|
Apabila
terasa halus, terasa agak licin, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat
dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
|
Liat
Berpasir
|
Apabila
terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh,
dan mudah dibuat gulungan.
|
Liat
Berdebu
|
Apabila
terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan.
|
Liat
|
Apabila
terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan
mudah dibuat gulungan.
|
3.
Struktur
Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan
kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena
butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat
seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Struktur tanah
merupakan susunan ikatan
partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah
terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari
luar disebut ped, sedangkan
ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat
penggarapan tanah disebut clod. Pengamatan struktur
tanah dilapang terdiri dari :
a. Pengamatan
bentuk struktur /tipe struktur
v Bentuk
Struktur Tanah :
Ø Granular,
yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini
terdapat pada horison A.
Ø Gumpal
(blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan gumpal
bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal
membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal
setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah
iklim basah.
Ø Prisma
(prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada
sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison
B pada tanah iklim kering.
Ø Tiang
(columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih besar daripada
sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulat, struktur ini terdapat pada
horison B pada tanah iklim kering.
Ø Lempeng
(platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu
horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padat liat.
Ø Remah
(single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous,
struktur ini terdapat pada horizon A.
b. Besarnya
agregat tanah yang dinyatakan sebagai kelas struktur
v Kelas
Struktur Tanah :
Ø Sangat
halus atau sangat tipis (very fine or very thin)
Ø Halus
atau tipis (fine or thin)
Ø Sedang
(medium)
Ø Kasar
atau tebal (coarse or thick)
Ø Sangat
kasar atau sangat tebal (very coarse or very thick)
c. Pengamatan
kuat lemahnya agregat tanah yang terbentuk yang dinyatakan sebagai derajat
struktur tanah
v Derajat
Struktur Tanah :
Ø Tidak
berstruktur (structureless)
Ø Lemah
(weak)
Ø Sedang
(moderate)
Ø Kuat
(strong)
4.
Konsistensi
Konsistensi adalah salah satu sifat
fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau
tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik
antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan
berbagai kelembaban tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat
dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi
basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di
atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang.
Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah kering udara.
Macam - macam Konsistensi Tanah :
a. Konsistensi
Basah
1) Ø Tingkat
Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir
tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
·
Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan
tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
·
Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan
sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
·
Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat
pada jari tangan atau benda lain.
·
Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan
sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
2) Ø Tingkat
Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4
kategori berikut:
·
Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan
tidak dapat membentuk gulungan tanah.
·
Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan
hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
·
Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat
membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk
merusak gulungan tersebut.
·
Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu
dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan
besar untuk merusak gulungan tersebut.
b. Konsistensi
Lembab
Pada
kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori
sebagai berikut:
§ Lepas
(Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir
tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
§ Sangat
Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila
diremas.
§ Gembur
(Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
§ Teguh
/ Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat
meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
§ Sangat
Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan
berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah
tersebut.
§ Sangat
Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak
hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah
dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah
tersebut.
c. Konsistensi
Kering
Penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6
kategori sebagai berikut:
ü Lepas
(Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah
tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
ü Lunak
(Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah
hancur.
ü Agar
Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi
tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja
belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
ü Keras
(Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan
makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang
lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
ü Sangat
Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi
untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit
ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
ü Sangat
Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya
tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
B. Tujuan
1. Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan
menggunakan buku Munsell Soil Color Chart.
2. Menentukan tekstur beberapa jenis tanah dengan cara
merasakan tanah menggunakan ibu jaru dan jari telunjuk.
3. Menentukan struktur beberapa jenis tanah berdasarkan
bentuk tanah.
4. Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah dalam
keadaan basah, lembab dan kering.
BAB II
METODE KERJA
A.
Alat dan Bahan,
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum meliputi buku Munsell Soil Color Chart, cawan
porselin, botol semprot, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum meliputi air, contoh tanah kering yang terdiri dari andisol,
vertisol, ultisol, entisol, dan inceptisol.
B.
Cara Kerja
a.
Warna Tanah
1.
Diambil sedikit
tanah gumpal yag lembab secukupnya (permukaannya tidak mengkilap).
2.
Diletakkan
tanah tadi di bawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart.
3.
Dicatat notasi
warna ( Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh
terkena cahaya matahari langsung.
b.
Tekstur Tanah
1.
Diambil
sebongkah tanah kira- kira sebesar kelereng.
2.
Dibasahi dengan
air hingga tanah dapat ditekan.
3.
Tanah
dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah. Jika:
a)
Bentuknya benang
mudah dan membentuk pita panjang, maka besar kemungkinan teksturnya liat.
b)
Mudah patah,
kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat dan
c)
Tidak terbentu
benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut dan licin maka
lempung berdebu, terasa kasar, lempung berpasir.
c.
Struktur Tanah :
1.
Diambil
sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian
2.
Dipecah dengan
cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari ketinggian tertentu,
sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi
agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah
d.
Konsistensi
1.
Diamati contoh
tanah dalam berbagai kandungan air dengan dipijit menggunakan ibu jari
dan telunjuk.
2.
Dilakukan
pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab dan basah dengan cara menambah
air pada contoh tanahnya.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
a. Warna
dan tekstur
No.
|
Jenies tanah
|
Warna tanah
|
Tekstur tanah
|
|
Notasi warna
|
Nama warna
|
|||
1
|
Ultisol
|
5YR.
5/6
|
Yellowish
red
|
Liat
berpasir
|
2
|
Inceptisol
|
7,5
YR. 5/4
|
Brown,
Cokelat
|
Lempung
berpasir
|
3
|
Vertisol
|
10YR.
3/1
|
Very
dark gray
|
Debu
|
4
|
Entisol
|
10YR.
5/4
|
Yellowish
brown
|
Lempung
|
b. Struktur
No.
|
Jenis tanah
|
Struktur tanah
|
||
Tipe
|
Kelas
|
Derajat
|
||
1
|
Ultisol
|
Gumpal
|
Halus
|
2
(cukupan)
|
2
|
Inceptisol
|
Remah
|
Keras
|
3
(kuat)
|
3
|
Vertisol
|
Remah
|
Sedang
|
3
(kuat)
|
4
|
Entisol
|
Gumpal
|
Halus
|
3
(kuat)
|
c. Konsistensi
No.
|
Jenis tanah
|
Konsistensi basah
|
Konsistensi lembab
|
Konsistensi kering
|
|
Kelekatan
|
Keliatan
|
||||
1
|
Ultisol
|
Agak
lekat (ss)
|
Agak
plastis (ps)
|
f
|
sh
|
2
|
Inceptisol
|
Lekat
(s)
|
Tidak
plastis (p0)
|
vf
|
s
|
3
|
Vertisol
|
Lekat
(s)
|
Agak
plastis (ps)
|
vt
|
eh
|
4
|
Entisol
|
Lekat
(s)
|
Tidak
plastis (p0)
|
t
|
h
|
B. Pembahasan
Pengamatan
profil tanah merupakan cara untuk menentukan sifat-sifat fisika tanah, dimana
hanya dengan mengamati sifat-sifat fisika tanah kita dapat mengklasifikan tanah
ke dalam suatu kelas tanah. Sifat-sifat tanah yang diamati yaitu warna,
tekstur, struktur, dan konsistensi tanah.
a. Warna
tanah
Warna tanah merupakan gabungan
berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara
proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna
tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan
proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik
menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid
tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan
spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah (Hardjowigeno,1992).
Warna tanah berfungsi sebagai penunjuk
dari sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya
dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan
bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana
kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh
bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah (Hardjowigeno,1992).
Di daerah berdrainase buruk, yaitu
di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena
senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase
baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan
oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah,
atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah
yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-
abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning,
yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi
ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih
terang (Hardjowigeno,1992).
Intensitas warna tanah dipengaruhi
tiga faktor berikut:
1. Jenis
mineral dan jumlahnya,
2. Kandungan
bahan organik tanah,
3. Kadar
air tanah dan tingkat hidratasi.
Warna tanah merupakan sifat
morfologi yang bersifat nyata dan mudah di kenali. Warna tanah dapat di
gunakan sebagai petunjuk sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik,
kondisi drainase, aerase serta menggunakan warna tanah dalam
mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon dalam tanah
(Hakim,dkk.,1996).
Warna tanah ditentukan dengan cara
membandingkan dengan warna yang terdapat pada buku “Munsell Soil Color Chart”,
warna dinyatakan dalam tiga satuan/kriteria, yaitu kilapan (hue), nilai (value)
dan kroma (chrome), menurut nama yang tercantum dalam lajur buku tersebut,
kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan erat
dengan kebersihan suatu warna dari pengaruh warna lain dan kroma yang kadang-kadang
disebut juga dengan kejernihan yaitu kemurnian relatif dari spektrum warna.
Tanah dengan drainase yang terhambat
biasanya banyak mengandung bahan organik pada lapisan atas (top soil), sehingga
berwarna gelap. Tanah bagian bawah memiliki sedikit bahan organik
sehingga berwarna kelabu muda. Bila drainase agak baik, air dan suhu
menguntungkan untuk peristiwa kimia, besi (Fe) dalam tanah teroksidasi sehingga
menjadi senyawa yang berwarna merah dan kuning (Foth D, 1998).
Berdasarkan percobaan yang
dilakukan, didapat hasil :
1. Sampel
tanah Ultisol =
5YR. 5/6 : Yellowish Red
2. Sampe
tanah Inceptisol = 7,5YR.
5/4 : Brown, Cokelat
3. Sampel
tanah
Vertisol =
10YR. 3/1 : Very Dark Gray
4. Sampel
tanah
Eentisol =
10YR. 6/4 : Yellowish Brown
Warna tanah diatas ditetapkan menggunakan
Munsell Soil Color Chart, yaitu dimana dalam penetapan warna harus di catat
HUE, VALUE, dan CHROMA.
a. Hue
: warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
b. Value
: merupakan kartu warna ke arah vertikal yang menunjukkan warna tua-muda atau
hitam-putih, ditulis dibelakang nilai hue.
c. Chroma
: merupakan kartu warna yang disusun horizontal yang menunjukkan intensitas
cahaya. Ditulis dibelakang value yang dipisahkan dengan garis miring.
b. Tekstur
Tanah
Tekstur tanah adalah pembagian
ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti
oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang
terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara
pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah
lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka
semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara (Baver,1961).
Tanah yang kandungan liatnya terlalu
tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi
lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar
akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah
dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur
hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami
kekeringan dan kekurangan hara (Baver,1961).
Tekstur tanah di lapangan dapat
dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari
jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa
keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
a. Pasir
Apabila
rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola
dan gulungan.
b. Pasir
Berlempung
Apabila
rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur.
c. Lempung
Berpasir
Apabila
rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
d. Lempung
Apabila
tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
e. Lempung
Berdebu
Apabila
terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan
permukaan mengkilat.
f. Debu
Apabila
terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat
digulung dengan permukaan mengkilat.
g. Lempung
Berliat
Apabila
terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
h. Lempung
Liat Berpasir
Apabila
terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
i.
Lempung Liat Berdebu
Apabila
terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta
dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
j.
Liat Berpasir
Apabila
terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh,
dan mudah dibuat gulungan.
k. Liat
Berdebu
Apabila
terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan.
l.
Liat
Apabila
terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan
mudah dibuat gulungan.
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau
halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir,
debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil
(diameternya kurang dari 2 milimeter). Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan
batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan
mempengaruhi penggunaan tanah (Foth, 1995).
Ada 3 macam tekstur tanah yang
utama, yaitu pasir (sand), lempung (loam), dan liat (clay). Tanah dikatakan
pasir bila kandungan pasirnya lebih dari 70%. Sedangkan liat apabila kandungan
liatnya lebih dari 35%. Jika suatu fraksi bukan fraksi liat ataupun pasir, maka
itu adalah fraksi debu. Penetapan tekstur tanah ada 2, yaitu :
1. Penetapan
di Laboratorium
2. Penetapan
Tekstur di Lapang
Praktikum kali ini kami menggunakan
penetapan tekstur di laboratorium, dan menurut hasil praktikum, diketahui bahwa
:
1. Sampel
tanah Ultisol bertekstur liat berpasir
2. Sampel
tanah Inceptisol bertekstur lempung berpasir
3. Sampel
tanah Vertisol bertekstur debu
4. Sampel
tanah Entisol bertekstur lempung
Tanah Ultisol bertekstur liat
berpasir dan memiliki ciri-ciri licin agak kasar , membentuk bola dalam keadaan
kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali. Tanah ini
dikembangkan dari bahan-bahan induk liat di hutan dalam iklim humid untuk waktu
yang sangat lama (Foth, 1988).
Tanah Inseptisol memiliki tekstur
lempung berpasir dengan cirri-ciri agak kasar, bola agak keras tetapi mudah
hancur, melekat. Tanah ini mengandung pisah-pisah lempung lebih besar atau sama
dengan 35% dan pasir lebih besar atau sama dengan 45 %. Inseptisol termasuk
dalam tanah Andosol karena teksturnya lempung berpasir sebenarnya sudah sangat
menyulitkan pertumbuhan padi sebab suhunya rendah sehingga mengakibatkan proses
pelapukan terhambat (Hakim, 1986).
Tanah Vertisol memilki tekstur liat
karena cirinya rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering, sukar
dipijit, mudah digulung serta melekat. Karena tanah ini
dikembangkan dari bahan induk liat dimana ilkim musim basah dan kering
jelas (Foth,1988).
Tanah Entisol cukup mengandung debu dan lempung untuk membuat tanah
bersifat kohesi dan dapat dibentuk bola yang mudah retak. Sebagian besar
terdiri dari pasir, tetapi ada cukup lempung utuk menimbulkan konsistensi agak
liat. Dalam keadaan lembab setelah penambahan air bersifat kohesi dan
meninggalkan selaput tanah.
Sasaran pokok cara kerja penetapan
tekstur tanah adalah menentukan ukuran jarak penyusun fasa padat tanah. Pada
acara praktikum ini uji tekstur tanah dilaksanakan dengan menguji suatu massa
contoh tanah diantara muka ibu jari dan telunjuk, serta memperhatikan rasa
tanah dan sensasi yang muncul (Poerwowidodo, 1991).
Langkah-langkah yang perlu diikuti
untuk memperoleh hasil mendekati kebenaran adalah:
1. Contoh
tanah cukup lembab.
2. Agregat
tanah contoh tanah itu harus dihancurkan selama berlangsung pengulian (Poerwowidodo,
1991).
Rasa tanah dan sensasi tanah disidik
selama proses pengulian tersebut. Rasa tanah yang disidik mencakup ada tidaknya
rasa kasar atu licin, sedangkan sensasi tanah yang disidik berupa kemungkinan
massa tanah itu dapat dibentuk gulungan atau pita serta kelekatan massa tanah.
kelekatan tanah ditetapkan melalui penekanan massa tanah diantara muka ibu jari
dan telunjuk kemudian saling menolak (Poerwowidodo, 1991).
c. Struktur
Tanah
Struktur tanah merupakan
susunan ikatan
partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah
terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari
luar disebut ped, sedangkan ikatan yang
merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat
penggarapan tanah disebut clod (Baver,1961).
Untuk mendapatkan struktur
tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang
laboratorium relatif sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya dari
bentuk agregatnya. Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas tipe
struktur, kelas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan
pembagian menjadi bermacam-macam kelas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 tipe
tanah yaitu tipe lempeng (platy), tipe tiang, tipe gumpa l(blocky), tipe remah
(crumb), tipe granulair, tipe butir tunggal dan tipe pejal (masif). Dengan
pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat
kasar. Untuk semua tipe tanah dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk
masing-masing tipe (Baver,1961).
Berdasarkan tegas dan tidaknya
agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal
atau berbutir tunggal, tanah lemah (weak) yaitu tanah yang jika
tersinggung mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi
lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah sedang/cukup yaitu
tanah berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah
kuat (strong) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika
dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan
(Baver,1961).
Struktur tanah merupakan gumpalan
kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan
organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini
mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 2003).
Struktur tanah terbentuk akibat
adanya penggabungan butir-butir primer tanah oleh adanya koloid tanah, humus,
atau bahan kimia. Pada pengamatan struktur tanah diamati bentuk struktur,
agregat tanah (ped)/ kelas struktur dan derajat struktur tanah.
Berdasarkan percobaan yang kami
lakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Sampel
tanah Ultisol berstruktur gumpal
2. Sampel
tanah Inceptisol berstruktur remah
3. Sampel
tanah Vertisol berstruktur remah
4. Sampel
tanah Entisol berstruktur gumpal
d. Konsistensi
tanah
Konsistensi adalah salah satu sifat
fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau
tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik
antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan
berbagai kelembaban tanah (Anonymous, 2010).
Konsistensi tanah adalah suatu sifat
tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel
tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh
tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah (Anonymous, 2010).
Tanah dengan konsistensi baik mudah
diolah dan tidak mudah melekat pada alat pegolah tanah. Sedangkan tanah yang
berkonsistensi buruk merupakan kebalikannya. Konsistensi tanah dapat ditetapkan
pada keadaan basah, lembab dan kering. Konsistensi adalah ketahanan tanah
terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat
adhesi dan kohesi (Foth, 1988). Hal ini berkaitan erat dengan kandungan air
yang yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika tersebut.
Setiap materi tanah mempunyai
konsistensi yaitu baik bila massa tanah tanah itu besar atau kecil dalam
keadaan alamiah sangat terganggu, berbentuk agregat atau tanpa struktur, maupun
dalam keadaan lembab atau kering (Hakim, 1986).
Istilah-istilah yang umum digunakan
untuk menyifatkan konsistensi tanah pada kandungan air yang berbeda adalah:
1) Konsistensi
basah
Konsistensi basah dibandingkan lagi
menurut kelekatan dan keliatan. Tanah Vertisol kelekatannya lekat dan
keliatannya sangat plastis. Tanah Ultisol sangat lekat dan agak plastis. Tanah
Inseptisol I dan Inseptisol II agak lekat dan agak plastis. Tanah Andisol agak
lekat dan tidak plastis. Kelekatan dengan ciri tanah dapat melekat atau
menempel pada benda-benda yang mengenainya. Keliatan menunjukkan sifat yang
mempunyai kemampuan dapat dengan mudah diubah-ubah bentuknya (Hakim,1986).
2) Konsistensi
lembab
Konsistensi lembab kondisinya
sedikit basah, kira-kira kandungan airnya terletak antara tanah kering udara
dan kapasitas lapang (Hakim,1986). Tanah Vertisol memiliki konsistensi lembab
teguh, tanah Ultisol dan Andisol sangat gembur, sedangkan tanah Inseptisol I
dan II teguh.
3) Konsitensi
kering
Konsistensi kering dicirikan dengan
kerasnya tanah. Istilah-istilah yang digunakan adalah lepas, lunak, sedikit
keras, keras, sangat kerasdan ektrem keras. Tanah Vertisol memiliki
konsistensi kering sangat keras, Ultisol keras, Inseptisol I dan Inseptisol II
agak keras, dan Andisol lunak.
Konsistensi pada struktur menentukan
bentuk, ukuran dan agregat alami tanah tertentu, konsistensi tetap menentukan
kekuatan dan keadaan alami gaya-gaya di antara partikel. Konsistensi itu
penting untuk mempertimbangkan dalam pengolahan tanah dan untuk kepentingan
lalu lintas. Bukit pasir menghambat sifat kohesi dan adhesi dan hal ini begitu
mudah menjadi bentuk yang tidak baik dimana kendaraan dapat terjebak. Tanah
liat dapat menjadi begitu lekat bila basah seperti membuat tajak atau sukar
dibajak (Foth, 1988).
Konsistensi tanah menunjukkan
integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain (Hardjowigeno, 1992).
Percobaan
yang dilakukan oleh kelompok kami memberikan hasil konsistensi tanah sebagai
berikut :
a. Ultisol
pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan agak plastis (ps), pada konsistensi
lembab gembur (f) dan pada konsistensi kering agak keras (sh).
b. Inceptisol
pada konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (p0), pada konsistensi
lembab sangat gembur (vf) dan pada konsistensi kering lunak (s).
c. Vertisol
pada konsistensi basah lekat (s) dan agak plastis (ps), pada konsistensi lembab
sangat teguh sekali (et) dan pada konsistensi kering sangat keras sekali (eh).
d. Entisol
pada konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (p0), pada konsistensi
lembab teguh (t) dan pada konsistensi kering keras (h).
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Warna dasar dari tanah yang diamati
adalah:
a. Sampel
tanah Ultisol =
5YR. 5/6 : Yellowish Red
b. Sampe
tanah Inceptisol = 7,5YR.
5/4 : Brown, Cokelat
c. Sampel
tanah
Vertisol =
10YR. 3/1 : Very Dark Gray
d. Sampel
tanah Eentisol
= 10YR. 6/4 : Yellowish Brown
2.
Tekstur tanah dari contoh tanah yang
diamati adalah:
a.
Sampel tanah Ultisol bertekstur liat berpasir
b.
Sampel tanah Inceptisol bertekstur
lempung berpasir
c.
Sampel tanah Vertisol bertekstur debu
d. Sampel
tanah Entisol bertekstur lempung
3.
Struktur tanah dari beberapa contoh
tanah yang diamati adalah:
a.
Sampel tanah Ultisol berstruktur gumpal
b.
Sampel tanah Inceptisol berstruktur
remah
c.
Sampel tanah Vertisol berstruktur remah
d. Sampel
tanah Entisol berstruktur gumpal
4.
Konsistensi tanah dari beberapa contoh
tanah yang diamati adalah:
a. Ultisol
pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan agak plastis (ps), pada konsistensi
lembab gembur (f) dan pada konsistensi kering agak keras (sh).
b. Inceptisol
pada konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (p0), pada konsistensi
lembab sangat gembur (vf) dan pada konsistensi kering lunak (s).
c. Vertisol
pada konsistensi basah lekat (s) dan agak plastis (ps), pada konsistensi lembab
sangat teguh sekali (et) dan pada konsistensi kering sangat keras sekali (eh).
d. Entisol
pada konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (p0), pada konsistensi
lembab teguh (t) dan pada konsistensi kering keras (h).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2010. soil. http://en.wikipedia.org/wiki/.diakses tanggal 28 April 2012.
Baver,
L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york.
Foth,
Henry D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Foth,
Henry D. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Foth,
Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hakim,
Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA, Lampung.
Hakim,
Nurhajati dkk. 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA, Lampung.
Hardjowigeno,
S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta.
Hardjowigeno,
S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta.
Poerwowidodo.
1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut
Pertanian Bogor.
Syarief,
Saifuddin.1989. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.