LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA V
PENETAPAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG
Oleh :
Nama : Mety Apriyanti
NIM : A1L011152
Rombongan : 7
Asisten : Soffa dan Nova
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ringan
beratnya suatu tanah bukan saja berhubungan dengan mudah tidaknya tanah diolah,
namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi, dan
perkolasi. Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah
berat atau ringan, dipakai standar angka. Setiap tanah mempunyai sifat mutu
yang berbeda dalam mengolah tanah. Dibutuhkan suatu metode untuk menentukan
apakah suatu tanah baik untuk pertanian, pembangunan atau bidang lain. Metode
untuk menentukan tindakan pengolahan tanah adalah dengan menetapkan standar angka,
yaitu metode penetapan Angka Atterberg.
Atterberg
tokoh yang pertama kali meneliti dan menggolongkan konsistensi tanah dalam
hubungannya dengan kadar lengas, yaitu dengan menetapkan Batas Cair (BC), Batas
Gulung (BG), Batas Lekat (BL), Batas Berubah Warna (BBW).
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas (Angka
Atterberg) antara lain :
1. Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat
dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang terutama terdiri dari air, maka dengan
mudah saling bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel pasir, tidak
berkaitan satu dengan lainnya.
2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting.
Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah dibanding dengan
montmorilonit.
3. Bentuk partikel. Oleh karena liat terdiri
dari lempeng-lempeng (laminer) yang dapat berdekatan satu sama lain pada
pengeringan, maka liat dapat berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi .Berbeda
dengan butiran pasir dengan bentuk bundar dan tajam, tidak perperan
yang penting.
4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar
air baik pada batas cair maupun batas plastis terendah menjadi
meningkat.
B. Tujuan
1.
Mengetahui Batas
Cair (BC)
2.
Mengetahui Batas
Lekat (BL)
3.
Mengetahui Batas
Gulung (BG)
4.
Mengetahui Batas
Berubah Warna (BBW)
BAB II
METODE KERJA
A.
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi Casagrande, stop watch,
colet/spatel, timbangan analitik, botol semprot, lap/serbet, kertas label,
lempeng kaca, oven, eksikator, contoh tanah kering udara halus (diameter 0,5
mm).
B.
Cara Kerja
1.
Batas Cair
a.
Siapkan alat
Casagrande yang mempunyai tinggi jatuh 1cm.
b.
Dibuat pasta
tanah basah yang homogen secukupnya dengan cawan porselin.
c.
Latihan memutar
alat Casagrande dengan kecepatan konstan 2 x per detik.
d.
Pasta tanah yang
telah dibuat dimasukkan ke atas cawan Casagrande dan permukaannya diratakan
dengan colet sampai setebal 1 cm, kemudian dengan colet pembelah pasta tanah dibelah
di tengahnya dengan gerakan tegak lurus pada bidang cawan. Hasilnya pada dasar
cawan harus terlihat bagian yang bersih dari tanah, lebar alur yang terjadi 2
mm.
e.
Alat Casagrande
segera diputar dengan kecepatan konstan (2 x per detik). Amati sampai alur
menutup selebar 1 cm, pemutaran dihentikan dan catat jumlah putaran yang
dperlukan tadi.
f.
Setelah dapat
diperoleh jumlah ketukan antara 10-40, ambil pasta tanah di sekitar alur yang
menutup sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar air tanahnya.
g.
Kerjakan untuk 4
ulangan dengan banyak ketukan di atas 25, dua ulangan dan di bawah 25, dua
ulangan.
h.
Perhitungan :
1)
Dengan rumus umum (cara titik tunggal)
Dari masing-masing data yang
diperoleh, masukkan pada rumus di bawah ini:
BC
= KaN (N/25)0,121
Atau
log BC = log KaN + 0.121 (log N – log 25)
=
log KaN + 0.121 log N –
0,16915
KaN
adalah kadar air pasta tanah pada N ketukan.
2)
Dengan perasamaan regresi
Dari 4 data yang diperoleh, hitung
persamaan regresi y = a + bX.
2.
Batas Lekat
a. Diambil sisa pasta tanah pada acara BC, digumpalkan
dalam tangan dan tusukkan colet ke dalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan 1
cm per detik. Dapat juga dijalankan dengan digumpalkan pasta tanah dengan ujung
colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet ditarik dengan
kecepatan 0,5 detik.
b. Diperiksa permmukaan colet : 1) Bersih, tidak ada
tanah lebih kering; 2) Tanah atau suspensi tanah melekat, berarti pasta tanah
lebih basah dari BL.
c. Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah
ke-2, pasta tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya dan langkah ke-1
diulang lagi sampai dicapai keadaan di permukaan colet di sebelah ujungnya
melekat susupensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 kali dalamnya
penusukan ( kira-kira 0,8cm).
d. Diambil tanah sekitar tempat tusukan sebanyak kurang
lebih 10 gram dan ditetapkan kadar airnya.
e. Dikerjakan untuk 2 ulangan.
f. Dihitung kadar airnya dari dua pengamatan. Ini
merupakan kadar air batas lekat tanah.
3.
Batas Gulung
a. Diambil pasta tanah kurang lebih 15 gram dan dibuat
bentuk sosis atau pita tanah dengan cara digulung-gulungkan di atas lempeng
kaca dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur tanpa ditekan. Pada
waktu digolek-golekkan pasta tanah, digerakkan jari menjarang.
b. Diperiksa tambang tanah yang terbentuk: 1) tidak
menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3mm; 2) sudah retak-retak pada
diameter lebih dari 3mm. Pada kejadian 1) pasta tanah lebih basah dari BG dan
pada kejadian 2) pasta tanah lebih kering.
c. Diulangi lagi sampai diperoleh tambang tanah yang
retak pada diameter 3mm. Diambil tambang tanah yang retak tersebut, masukkan ke
dalam botol timbang untuk ditetapkan kadar airnya, dikerjakan untuk dua
ulangan.
d. Dihitung dari kedua pengamatan tersebut dihitung
kadar airnya, ini merupakan kadar air batas gulung tanah.
4.
Batas Berubah Warna
a. Dengan colet pasta tanah diratakan tipis dan
permukaan licin mengkilat di atas permukaan papan kayu dan dibuat bentuk elips.
Tebal bagian tengah 3mm, makin ke tepi makin menipis.
b. Diletakkan pada tempat yang teduh dan
diperangin-anginkan, air akan menguap dan mulai kering mulai dari tepi (bagian
yang tipis) berjalan ke tengah.
c. Setelah jalur yang kering pada bagian tepi mulai mengering
selebar 0,5 cm dan 0,5cm, diambil bagian yang terang (kering) 0,5 cm dan 0,5 cm
bagian tanah yang berwarna gelap. Jadi diambil keseluruhan dari tepi 1 cm.
d. Dimasukkan ke dalam botol timbang dan ditetapkan
kadar airnya. Dikerjakan untuk dua ulangan.
e. Dari kedua pengamatan tersebut dihitung kadar
airnya. Ini merupakan kadar air batas berubah warna tanah.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Batas Cair (BC)
Ulangan
|
Ketukan ke
|
Botol timbang kosong (a)
|
a + contoh tanah (b)
|
b + setelah oven (c)
|
Ka (%)
|
Ka
1
|
24
(10-25)
|
22,40
gram
|
31,45
gram
|
27,66
gram
|
72,05
|
Ka
2
|
23
(10-25)
|
22,92
gram
|
30,71
gram
|
27,46
gram
|
71,59
|
Ka
3
|
40
(25-40)
|
22,67
gram
|
29,55
gram
|
26,64
gram
|
73,29
|
Ka
4
|
40
(25-40)
|
22,46
gram
|
30,
04 gram
|
26,85
gram
|
72,67
|
Perhitungan :
BC-1 =
KaN (N/25)0,121
=
72,05 (24/25)0,121
=
71,33 %
BC-2 =
KaN (N/25)0,121
=
71,59 (23/25)0,121
=
70,16%
BC-3 =
KaN (N/25)0,121
= 73,29 (40/25)0,121
=
76,95%
BC-4 = KaN (N/25)0,121
=
72,67 (40/25)0,121
= 76,30%
2. Batas Lekat (BL)
Ulangan
|
Botol
timbang kosong
(a)
|
a
+ contoh tanah
(b)
|
b
+ setelah dioven
(c)
|
Ka
%
|
1
|
23,91 gram
|
42,26 gram
|
35,90 gram
|
53,04
|
2
|
21,90 gram
|
29,22 gram
|
26,66 gram
|
53,78
|
3. Batas Gulung (BG)
Ulangan
|
Botol
timbang kosong
(a)
|
a
+ contoh tanah
(b)
|
b
+ setelah dioven
(c)
|
Ka
%
|
1
|
22,50 gram
|
23,76 gram
|
23,36 gram
|
46,51
|
2
|
28,93 gram
|
30,82 gram
|
30,20 gram
|
48,82
|
4. Batas Berubah Warna (BBW)
Ulangan
|
Botol
timbang kosong (a)
|
a
+ contoh tanah
(b)
|
b
+ setelah dioven
(c)
|
Ka
%
|
1
|
22,48 gram
|
24,77 gram
|
24,19 gram
|
33,91
|
2
|
22,24 gram
|
26,71 gram
|
25,54 gram
|
35,45
|
B. Pembahasan
Angka
atterberg menunjukkan kadar air pada
berbagai batas konsistensi, yakni penetapan batas-batas konsistensi dari tanah
berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air tanah, yang selanjutnya
dipergunakan untuk mengetahui indeks plastisitas suatu tanah (Black, 1965).
Atterberg
menggunakan angka-angka konsistensi tanah. Angka-angka ini penting dalam
menentukan tindakan pengolahan tanah karena pengolahan tanah akan sulit
dilakukan jika tanah terlalu kering ataupun terlalu basah (Black, 1965).
Batas-batas yang dipakai untuk mencirikan berat ringannya tanah adalah Batas
Cair (BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG), dan Batas Berubah Warna (BBW).
Batas
Cair (BC) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Jika air lebih
banyak tanah bersama air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan
air sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah
kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukkan jumlah air terbanyak
yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami atau undisturbed (Foth,
1998).
Batas
Lekat (BL) adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda
lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat, maka tanah tidak dapat
melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas melekat, maka tanah akan
mudah melekat pada benda lain (Wirjodihardjo, 1964).
Batas
Gulung (BG) atau batas menggolek adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai
tidak dapat digolek-golekkan lagi. Jika digolek-golekkan tanah akan pcah-pecah
ke segala jurusan. Jika kadar air lebih kecil dari batas menggolek, maka tanah
sukar diolah.
Batas
berubah warna (BBW) atau titik ubah adalah jika tanah yang telah mencapai batas
menggolek masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun akan
menjadi kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik
ini dinamakan titik batas ganti warna atau titik ubah (Hardjowigeno, 2010).
Tanah
Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi
tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0
sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi
(Munir, 1996).
Proses
pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk mikrotopografi yang
khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang biasa disebut
topografi gilgai. Kadang-kadang disebut juga topografi polygonal (Hardjowigeno,
2010).
Pada
umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsur P merupakan pembatas
hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsur P jika kandungan P kurang dari 5
ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman
pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada
kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka dianjurkan untuk
mencoba menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996).
Dibandingkan
cara rumus, cara regresi menghasilkan nilai BC lebih kecil hal ini
disebabkan oleh faktor–faktor yang mempengaruhinya,
yaitu kadar air tanah, bahan penyemen agregat tanah, bahan
dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi, dan faktor penentu
struktur tanah (Notohadiprawiro, 2000).
Harkat angka-angka Atterberg menurut
Harjowigeno (2010) adalah
Harkat
|
Batas
Mengalir
|
Indeks
Plastisitas
|
Jangka
Olah
|
...........................................................
(% kadar air)........................................................
|
|||
Sangat rendah
|
<20
|
0-5
|
1-3
|
Rendah
|
20-30
|
6-10
|
4-8
|
Sedang
|
31-45
|
11-17
|
9-15
|
Tinggi
|
46-70
|
18-30
|
16-25
|
Sangat tinggi
|
71-100
|
31-43
|
26-40
|
Ekstrim tinggi
|
>100
|
>43
|
>40
|
Dengan
kandungan air yang tinggi ini, tanah dapat melekat pada alat pengolah tanah
seperti bajak atau cangkul. Bila air berkurang maka melekatnya tanah pada alat
pengolah juga berkurang, sehingga bila kadar air terus berkurang akhirnya tanah
tidak dapat melekat lagi.
Pada
hasil percobaan menggunakan Cassagrande diperoleh data cawan 1 botol timbang
kosong mempunyai berat 22,40 gram, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah
yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat
31,45 gram, dan setelah dioven beratnya menjadi 27,66 gram. Pada cawan 2 botol
timbang kosong mempunyai berat 22,92 gram, kemudian setelah ditambahkan sampel
tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai
berat 30,71 gram, dan setelah dioven beratnya menjadi 27,46 gram. Pada cawan 3
botol timbang kosong mempunyai berat 22,67 gram, kemudian setelah ditambahkan
sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet
mempunyai berat 29,55 gram, dan setelah dioven beratnya menjadi 26,64 gram.
Pada cawan 4 botol timbang kosong mempunyai berat 22,46 gram, kemudian setelah
ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan
menggunakan colet mempunyai berat 30,04 gram, dan setelah dioven
beratnya menjadi 26,85 gram.
Dari
hasil percobaan Cassagrande (batas cair) diperoleh data kadar air (Ka) untuk
cawan 1 = 72,05 %, cawan 2 = 71,59 %, cawan 3 = 73,29 %, dan cawan 4 = 72,67
%. Dengan ketukan masing-masing sebesar 24, 23, 40, dan 40. Pada
kadar air % sample tanah pada cawan 1 akan mengalami perubahan konsistensi
dari plastis menjadi cair. Perbedaan batas cair antara cawan 1, 2, 3
dan 4 karena dipengaruhi tekstur tanah dan bahan organic. Batas cair untuk
cawan 1 = 71,33 %, cawan 2 = 70,16 % , cawan 3 = 76,95 % dan cawan 4 = 76,30 %.
Rata rata dari ke empat batas cair adalah 73,685 %.
Pengolahan
tanah seharusnya pada kandungan air tanah yang tepat, yaitu tidak terlalu basah
dan tidak terlalu kering. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang
berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam
tanah. Kelapukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat
pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti.
Temperatur
dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi
penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran
evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air
tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam,
kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. Banyaknya kandungan air tanah
berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah
tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur
tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih
kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering
dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, S., 1992).
BAB IV
KESIMPULAN
Batas-batas yang dipakai untuk
mencirikan berat ringannya tanah adalah Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL),
Batas Gulung (BG), dan Batas Berubah Warna (BBW). Adapun untuk hasil
penimbangan tanah-tanah yang telah dioven pada percobaan Batas Lekat (BL),
Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna (BBW)
berturut-turut yakni 27,66 gram dan 27,46 gram, 35,9 gram, 23,36 gram
dan 24,19 gram pada ulangan pertama dan 26,64 gram dan 26,85 gram, 26,66 gram,
30,2 gram dan 25,54 gram pada ulangan kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Black,
C. A. 1965. Methods of Soil Analysis part.1. Am. Soc. Agron. Publ.
Madison.
Wisconsin. USA.
Foth,
Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno.2010. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Munir,
Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT Dunia Pustaka
Jaya. Jakarta.
Notohadiprawiro,T.2000.
Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar