Minggu, 29 April 2012

PENETAPAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA V
PENETAPAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG

Unsoed Logo.jpg

Oleh :
                                                Nama              :  Mety Apriyanti
                                                NIM                :  A1L011152
                                                Rombongan   :  7
                                                Asisten            : Soffa dan Nova


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                Ringan beratnya suatu tanah bukan saja berhubungan dengan mudah tidaknya tanah diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi, dan perkolasi. Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah berat atau ringan, dipakai standar angka. Setiap tanah mempunyai sifat mutu yang berbeda dalam mengolah tanah. Dibutuhkan suatu metode untuk menentukan apakah suatu tanah baik untuk pertanian, pembangunan atau bidang lain. Metode untuk menentukan tindakan pengolahan tanah adalah dengan menetapkan standar angka, yaitu metode penetapan Angka Atterberg.
            Atterberg tokoh yang pertama kali meneliti dan menggolongkan konsistensi tanah dalam hubungannya dengan kadar lengas, yaitu dengan menetapkan Batas Cair (BC), Batas Gulung (BG), Batas Lekat (BL), Batas Berubah Warna (BBW).
            Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas (Angka Atterberg) antara lain :
1.   Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.
2.   Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah dibanding dengan montmorilonit.
3.   Bentuk partikel.  Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer) yang dapat berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi .Berbeda dengan butiran pasir dengan bentuk bundar dan tajam, tidak  perperan yang  penting.
4.   Dengan adanya bahan organic, maka kadar air  baik pada batas cair maupun batas plastis terendah menjadi meningkat.



B.    Tujuan
1.      Mengetahui Batas Cair (BC)
2.      Mengetahui Batas Lekat (BL)
3.      Mengetahui Batas Gulung (BG)
4.      Mengetahui Batas Berubah Warna (BBW) 






BAB II
METODE KERJA

    A.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi Casagrande, stop watch, colet/spatel, timbangan analitik, botol semprot, lap/serbet, kertas label, lempeng kaca, oven, eksikator, contoh tanah kering udara halus (diameter 0,5 mm).

    B.     Cara Kerja
    1.      Batas Cair
a.       Siapkan alat Casagrande yang mempunyai tinggi jatuh 1cm.
b.      Dibuat pasta tanah basah yang homogen secukupnya dengan cawan porselin.
c.       Latihan memutar alat Casagrande dengan kecepatan konstan 2 x per detik.
d.      Pasta tanah yang telah dibuat dimasukkan ke atas cawan Casagrande dan permukaannya diratakan dengan colet sampai setebal 1 cm, kemudian dengan colet pembelah pasta tanah dibelah di tengahnya dengan gerakan tegak lurus pada bidang cawan. Hasilnya pada dasar cawan harus terlihat bagian yang bersih dari tanah, lebar alur yang terjadi 2 mm.
e.       Alat Casagrande segera diputar dengan kecepatan konstan (2 x per detik). Amati sampai alur menutup selebar 1 cm, pemutaran dihentikan dan catat jumlah putaran yang dperlukan tadi.
f.       Setelah dapat diperoleh jumlah ketukan antara 10-40, ambil pasta tanah di sekitar alur yang menutup sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar air tanahnya.
g.      Kerjakan untuk 4 ulangan dengan banyak ketukan di atas 25, dua ulangan dan di bawah 25, dua ulangan.
h.      Perhitungan :
1)      Dengan rumus umum (cara titik tunggal)
            Dari masing-masing data yang diperoleh, masukkan pada rumus di bawah ini:
            BC = KaN (N/25)0,121
Atau log BC    = log KaN  + 0.121 (log N – log 25)
                        = log KaN  + 0.121 log N – 0,16915
KaN adalah kadar air pasta tanah pada N ketukan.

2)      Dengan perasamaan regresi
            Dari 4 data yang diperoleh, hitung persamaan regresi y = a + bX.

    2.      Batas Lekat
a.       Diambil sisa pasta tanah pada acara BC, digumpalkan dalam tangan dan tusukkan colet ke dalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm per detik. Dapat juga dijalankan dengan digumpalkan pasta tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet ditarik dengan kecepatan 0,5 detik.
b.      Diperiksa permmukaan colet : 1) Bersih, tidak ada tanah lebih kering; 2) Tanah atau suspensi tanah melekat, berarti pasta tanah lebih basah dari BL.
c.       Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2, pasta tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya dan langkah ke-1 diulang lagi sampai dicapai keadaan di permukaan colet di sebelah ujungnya melekat susupensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 kali dalamnya penusukan ( kira-kira 0,8cm).
d.      Diambil tanah sekitar tempat tusukan sebanyak kurang lebih 10 gram  dan ditetapkan kadar airnya.
e.       Dikerjakan untuk 2 ulangan.
f.       Dihitung kadar airnya dari dua pengamatan. Ini merupakan kadar air batas lekat tanah.

    3.      Batas Gulung
a.       Diambil pasta tanah kurang lebih 15 gram dan dibuat bentuk sosis atau pita tanah dengan cara digulung-gulungkan di atas lempeng kaca dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur tanpa ditekan. Pada waktu digolek-golekkan pasta tanah, digerakkan jari menjarang.
b.      Diperiksa tambang tanah yang terbentuk: 1) tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3mm; 2) sudah retak-retak pada diameter lebih dari 3mm. Pada kejadian 1) pasta tanah lebih basah dari BG dan pada kejadian 2) pasta tanah lebih kering.
c.       Diulangi lagi sampai diperoleh tambang tanah yang retak pada diameter 3mm. Diambil tambang tanah yang retak tersebut, masukkan ke dalam botol timbang untuk ditetapkan kadar airnya, dikerjakan untuk dua ulangan.
d.      Dihitung dari kedua pengamatan tersebut dihitung kadar airnya, ini merupakan kadar air batas gulung tanah.

    4.      Batas Berubah Warna
a.       Dengan colet pasta tanah diratakan tipis dan permukaan licin mengkilat di atas permukaan papan kayu dan dibuat bentuk elips. Tebal bagian tengah 3mm, makin ke tepi makin menipis.
b.      Diletakkan pada tempat yang teduh dan diperangin-anginkan, air akan menguap dan mulai kering mulai dari tepi (bagian yang tipis) berjalan ke tengah.
c.       Setelah jalur yang kering pada bagian tepi mulai mengering selebar 0,5 cm dan 0,5cm, diambil bagian yang terang (kering) 0,5 cm dan 0,5 cm bagian tanah yang berwarna gelap. Jadi diambil keseluruhan dari tepi 1 cm.
d.      Dimasukkan ke dalam botol timbang dan ditetapkan kadar airnya. Dikerjakan untuk dua ulangan.
e.       Dari kedua pengamatan tersebut dihitung kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas berubah warna tanah.






BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
1. Batas Cair (BC)
Ulangan
Ketukan ke
Botol timbang kosong (a)
a + contoh tanah (b)
b + setelah oven (c)
Ka (%)
Ka 1
24 (10-25)
22,40 gram
31,45 gram
27,66 gram
72,05
Ka 2
23 (10-25)
22,92 gram
30,71 gram
27,46 gram
71,59
Ka 3
40 (25-40)
22,67 gram
29,55 gram
26,64 gram
73,29
Ka 4
40 (25-40)
22,46 gram
30, 04 gram
26,85 gram
72,67

Perhitungan :
BC-1   = KaN (N/25)0,121                                    
            = 72,05 (24/25)0,121
            = 71,33 %
BC-2   = KaN (N/25)0,121              
           = 71,59 (23/25)0,121    
            = 70,16%
BC-3   = KaN (N/25)0,121                     
            = 73,29 (40/25)0,121
            = 76,95%
BC-4    = KaN (N/25)0,121                              
             = 72,67 (40/25)0,121
            = 76,30% 

2. Batas Lekat (BL)
Ulangan
Botol timbang kosong
 (a)
a + contoh tanah
 (b)
b + setelah dioven
(c)
Ka
%
1
23,91 gram
42,26 gram
35,90 gram
53,04
2
21,90 gram
29,22 gram
26,66 gram
53,78


3. Batas Gulung (BG)
Ulangan
Botol timbang kosong
(a)
a + contoh tanah
(b)
b + setelah dioven
(c)
Ka
 %
1
22,50 gram
23,76 gram
23,36 gram
46,51
2
28,93 gram
30,82 gram
30,20 gram
48,82


4. Batas Berubah Warna (BBW)
Ulangan
Botol timbang kosong (a)
a + contoh tanah
(b)
b + setelah dioven
(c)
Ka
 %
1
22,48 gram
24,77 gram
24,19 gram
33,91
2
22,24 gram
26,71 gram
25,54 gram
35,45


B.    Pembahasan
                Angka atterberg menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensi, yakni penetapan batas-batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air tanah, yang selanjutnya dipergunakan untuk mengetahui indeks plastisitas suatu tanah (Black, 1965).
            Atterberg menggunakan angka-angka konsistensi tanah. Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan jika tanah terlalu kering ataupun terlalu basah (Black, 1965). Batas-batas yang dipakai untuk mencirikan berat ringannya tanah adalah Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG), dan Batas Berubah Warna (BBW).
            Batas Cair (BC) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Jika air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami atau undisturbed  (Foth, 1998).
            Batas Lekat (BL) adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat, maka tanah tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas melekat, maka tanah akan mudah melekat pada benda lain (Wirjodihardjo, 1964).
            Batas Gulung (BG) atau batas menggolek adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi. Jika digolek-golekkan tanah akan pcah-pecah ke segala jurusan. Jika kadar air lebih kecil dari batas menggolek, maka tanah sukar diolah.
            Batas berubah warna (BBW) atau titik ubah adalah jika tanah yang telah mencapai batas menggolek masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun akan menjadi kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini dinamakan titik batas ganti warna atau titik ubah (Hardjowigeno, 2010).
            Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir, 1996).
            Proses pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk mikrotopografi yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang biasa disebut topografi gilgai. Kadang-kadang disebut juga topografi polygonal (Hardjowigeno, 2010).
            Pada umumnya  Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsur P merupakan pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsur P jika kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996).
            Dibandingkan cara rumus, cara regresi menghasilkan nilai BC lebih kecil hal ini disebabkan oleh faktor–faktor yang mempengaruhinya, yaitu kadar air tanah, bahan penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi, dan faktor  penentu struktur tanah (Notohadiprawiro, 2000).
            Harkat angka-angka Atterberg menurut Harjowigeno (2010) adalah
Harkat
Batas Mengalir
Indeks Plastisitas
Jangka Olah
........................................................... (% kadar air)........................................................
Sangat rendah
<20
0-5
1-3
Rendah
20-30
6-10
4-8
Sedang
31-45
11-17
9-15
Tinggi
46-70
18-30
16-25
Sangat tinggi
71-100
31-43
26-40
Ekstrim tinggi
>100
>43
>40

            Dengan kandungan air yang tinggi ini, tanah dapat melekat pada alat pengolah tanah seperti bajak atau cangkul. Bila air berkurang maka melekatnya tanah pada alat pengolah juga berkurang, sehingga bila kadar air terus berkurang akhirnya tanah tidak dapat melekat lagi.
            Pada hasil percobaan menggunakan Cassagrande diperoleh data cawan 1 botol timbang kosong mempunyai berat 22,40 gram, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 31,45 gram, dan setelah dioven beratnya menjadi 27,66 gram. Pada cawan 2 botol timbang kosong mempunyai berat 22,92 gram, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 30,71 gram, dan setelah dioven beratnya menjadi 27,46 gram. Pada cawan 3 botol timbang kosong mempunyai berat 22,67 gram, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 29,55 gram, dan setelah dioven beratnya menjadi 26,64 gram. Pada cawan 4 botol timbang kosong mempunyai berat 22,46 gram, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 30,04 gram, dan  setelah dioven beratnya menjadi 26,85 gram.
            Dari hasil percobaan Cassagrande (batas cair) diperoleh data kadar air (Ka)  untuk cawan 1 = 72,05 %, cawan 2 = 71,59 %, cawan 3 = 73,29 %, dan cawan 4 = 72,67 %.  Dengan ketukan masing-masing sebesar 24, 23, 40, dan 40. Pada kadar air % sample tanah pada cawan 1 akan mengalami perubahan konsistensi dari plastis menjadi cair.  Perbedaan batas cair antara cawan 1, 2, 3 dan 4 karena dipengaruhi tekstur tanah dan bahan organic. Batas cair untuk cawan 1 = 71,33 %, cawan 2 = 70,16 % , cawan 3 = 76,95 % dan cawan 4 = 76,30 %. Rata rata dari ke empat batas cair adalah 73,685 %.
            Pengolahan tanah seharusnya pada kandungan air tanah yang tepat, yaitu tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelapukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti.
            Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, S., 1992).





BAB IV
KESIMPULAN

            Batas-batas yang dipakai untuk mencirikan berat ringannya tanah adalah Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG), dan Batas Berubah Warna (BBW). Adapun untuk hasil penimbangan tanah-tanah yang telah dioven pada percobaan Batas Lekat (BL), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna (BBW) berturut-turut yakni 27,66 gram dan 27,46 gram, 35,9 gram, 23,36 gram dan 24,19 gram pada ulangan pertama dan 26,64 gram dan 26,85 gram, 26,66 gram, 30,2 gram dan 25,54 gram pada ulangan kedua.






DAFTAR PUSTAKA
Black, C. A. 1965. Methods of Soil Analysis part.1. Am. Soc. Agron. Publ. Madison.
            Wisconsin. USA.
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno.2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Munir, Moch. 1996.  Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.
Notohadiprawiro,T.2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar