Senin, 30 April 2012

PENGAMATAN TANAH DENGAN INDERA


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA IV
PENGAMATAN TANAH DENGAN INDERA

Unsoed Logo.jpg

Oleh :
                                                Nama              :  Mety Apriyanti
                                                NIM                :  A1L011152
                                                Rombongan   :  7
                                                Asisten            : Soffa dan Nova


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
             Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting ada konsep sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Bila kota-kota besar berkembang tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalan-jalan dan bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung fungsi rekayasa, termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah  sebagai bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami pelapukan atau regolith (Foth, 1988).
             Definisi tanah menurut Foth adalah bahan mineral yang tidak pepat (unconsolidated) pada permukaan tanah yang dipengaruhi oleh factor-faktor  genetic dan lingkungan, yaitu: iklim, organisme serta topografi yang semuanya berlangsung pada suatu periode. Tanah itu adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) dipermukaan bumi (Hakim, 1986).
            Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman, semuanya erat  hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
1.       Warna Tanah
            Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan dilapang. Warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tanah dengan drainase yang jelek atau sering jenuh air berwarna kelabu. Tanah yang mengalami dehidratasi senyawa besi akan berwarna merah.
            Warna tanah akan berpengaruh pada keseimbangan panas dan kelembaban tanah. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas organisme dan struktur tanah. Warna tanah digunakan juga dalam penaksiran :
a.       Tingkat pelapukan atau proses pembentukna tanah, semakin merah berarti semakin lanjut pelapukannya.
b.      Kandungan bahan organik tanah.
c.       Drainase tanah, warna merah atau kecoklatan, berdrainase baik ; sedang warna kelabu menunjukan drainase yang buruk.
d.      Horizon pencucian/ pengendapan, warna putih mennunjukan horizon pencucian ; warna gelap menunjukan horizon pengendapan.
e.       Jenis mineral, warna gelap dimungkinkan mengandung kuarsa, kapur ; merah mengandung besi ; warna gelap mengandung boron atau mangan.
            Penetapan warna tanah digunakan Munsell Soil Colour Chart, yaitu :
1)      Hue : Warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
2)      Value : Merupakan kartu warna kearah vertikal yang menunjukkan warna tua dan muda atau hitam dan putih.
3)      Chroma : Merupakan kartu warna yang disusun horizontal yang menunjukan Intensitas Cahaya.

2.      Tekstur Tanah
            Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat dalam suatu massa tanah. Tekstur penting dalam penentuan sifat fisika, kimia, dan fisika-kimia tanah. Ada 3 macam tekstur utama tanah, yaitu : tekstur pasir (sand) yaitu tanah mengandung pasir, presentasinya > 70%, lempung (loam) yaitu bila tidak ada kandungan pasir dan liat, dan liat (clay) yaitu kandungan liat > 35%. Definisi ini dapat diartikan dengan Kuantitatif dan Kualitatif. Secara Kualitatif, tekstur menggambarkan tekstur tanah yang halus atau kasar. Semakin halus teksturnya, kemampuan tanah menahan air rlatif tinggi, plastis, lengket, drainase buruk dan sulit diolah. Tanah yang ringan mempunyai daya menahan air relatif rendah, aerasi baik, air mudah lolos, dan mudah diolah. Secara kuantitatif, tekstur tanah menunjukan presentase fraksi – fraksi dalam massa tanah.
            Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
Kelas Tekstur
Rasa dan Sifat Tanah
Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.

3.      Struktur Tanah
            Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Struktur tanah merupakan susunan  ikatan partikel  tanah  satu  sama  lain.             Ikatan  tanah  berbentuk  sebagai  agregat  tanah.  Apabila syarat  agregat  tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar  disebut  ped, sedangkan ikatan  yang  merupakan  gumpalan  tanah  yang  sudah   terbentuk  akibat penggarapan  tanah disebut  clod.  Pengamatan struktur tanah dilapang terdiri dari :
a.       Pengamatan bentuk struktur /tipe struktur
v  Bentuk Struktur Tanah :
Ø  Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horison A.
Ø  Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
Ø  Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
Ø  Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulat, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
Ø  Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padat liat.
Ø  Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
b.        Besarnya agregat tanah yang dinyatakan sebagai kelas struktur
v  Kelas Struktur Tanah :
Ø  Sangat halus atau sangat tipis (very fine or very thin)
Ø  Halus atau tipis (fine or thin)
Ø  Sedang (medium)
Ø  Kasar atau tebal (coarse or thick)
Ø  Sangat kasar atau sangat tebal (very coarse or very thick)
c.       Pengamatan kuat lemahnya agregat tanah yang terbentuk yang dinyatakan sebagai derajat struktur tanah
v  Derajat Struktur Tanah :
Ø  Tidak berstruktur (structureless)
Ø  Lemah (weak)
Ø  Sedang (moderate)
Ø  Kuat (strong)

4.       Konsistensi
            Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
            Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
            Macam - macam Konsistensi Tanah :
a.       Konsistensi Basah
1)      Ø Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
·         Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
·         Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
·         Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
·         Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
2)      Ø Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
·         Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
·         Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
·         Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
·         Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
b.      Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:
§  Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
§  Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
§  Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
§  Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
§  Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
§  Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
c.       Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:
ü  Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
ü  Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
ü  Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
ü  Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
ü  Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
ü  Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).



B.     Tujuan
1.      Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart.
2.      Menentukan tekstur beberapa jenis tanah dengan cara merasakan tanah menggunakan ibu jaru dan jari telunjuk.
3.      Menentukan struktur beberapa jenis tanah berdasarkan bentuk tanah.
4.      Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah dalam keadaan basah, lembab dan kering.








BAB II
METODE KERJA

A.      Alat dan Bahan,
            Alat-alat yang digunakan dalam praktikum meliputi buku Munsell Soil Color Chart, cawan porselin, botol semprot, dan alat tulis.
             Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi air, contoh tanah kering yang terdiri dari andisol, vertisol, ultisol, entisol, dan inceptisol.


B.     Cara Kerja
a.      Warna Tanah
1.      Diambil sedikit tanah gumpal yag lembab secukupnya (permukaannya tidak mengkilap).
2.      Diletakkan  tanah tadi di bawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart.
3.      Dicatat notasi warna ( Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

b.      Tekstur Tanah
1.      Diambil sebongkah tanah kira- kira sebesar kelereng.
2.      Dibasahi dengan air hingga tanah dapat ditekan.
3.      Tanah  dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah. Jika:
a)      Bentuknya benang mudah dan membentuk pita panjang, maka besar kemungkinan teksturnya liat.
b)      Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat dan
c)      Tidak terbentu benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut dan licin maka lempung berdebu, terasa kasar, lempung berpasir.

c.       Struktur Tanah :
1.      Diambil sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian
2.      Dipecah dengan cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah

d.      Konsistensi
1.      Diamati contoh tanah dalam berbagai kandungan air  dengan dipijit menggunakan ibu jari dan telunjuk.
2.      Dilakukan pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab dan basah dengan cara menambah air pada contoh tanahnya.







BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
a.       Warna dan tekstur
No.
Jenies tanah
Warna tanah
Tekstur tanah
Notasi warna
Nama warna
1
Ultisol
5YR. 5/6
Yellowish red
Liat berpasir
2
Inceptisol
7,5 YR. 5/4
Brown, Cokelat
Lempung berpasir
3
Vertisol
10YR. 3/1
Very dark gray
Debu
4
Entisol
10YR. 5/4
Yellowish brown
Lempung

b.      Struktur
No.
Jenis tanah
Struktur tanah
Tipe
Kelas
Derajat
1
Ultisol
Gumpal
Halus
2 (cukupan)
2
Inceptisol
Remah
Keras
3 (kuat)
3
Vertisol
Remah
Sedang
3 (kuat)
4
Entisol
Gumpal
Halus
3 (kuat)

c.       Konsistensi
No.
Jenis tanah
Konsistensi basah
Konsistensi lembab
Konsistensi kering
Kelekatan
Keliatan
1
Ultisol
Agak lekat (ss)
Agak plastis (ps)
f
sh
2
Inceptisol
Lekat (s)
Tidak plastis (p0)
vf
s
3
Vertisol
Lekat (s)
Agak plastis (ps)
vt
eh
4
Entisol
Lekat (s)
Tidak plastis (p0)
t
h



B.     Pembahasan
            Pengamatan profil tanah merupakan cara untuk menentukan sifat-sifat fisika tanah, dimana hanya dengan mengamati sifat-sifat fisika tanah kita dapat mengklasifikan tanah ke dalam suatu kelas  tanah. Sifat-sifat tanah yang diamati yaitu  warna, tekstur, struktur, dan konsistensi tanah.
a.       Warna tanah
            Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah (Hardjowigeno,1992).
            Warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah (Hardjowigeno,1992).
            Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang (Hardjowigeno,1992).
            Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut:
1.      Jenis mineral dan jumlahnya,
2.      Kandungan bahan organik tanah,
3.      Kadar air tanah dan tingkat hidratasi.
            Warna tanah merupakan sifat morfologi yang bersifat nyata dan mudah di kenali.  Warna tanah dapat di gunakan sebagai petunjuk sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik, kondisi drainase, aerase serta  menggunakan warna tanah dalam mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon dalam tanah (Hakim,dkk.,1996).
            Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada buku “Munsell Soil Color Chart”, warna dinyatakan dalam tiga satuan/kriteria, yaitu kilapan (hue), nilai (value) dan kroma (chrome), menurut nama yang tercantum dalam lajur buku tersebut, kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan erat dengan kebersihan suatu warna dari pengaruh warna lain dan kroma yang kadang-kadang disebut juga dengan kejernihan yaitu kemurnian relatif dari spektrum warna.
            Tanah dengan drainase yang terhambat biasanya banyak mengandung bahan organik pada lapisan atas (top soil), sehingga berwarna gelap.  Tanah bagian bawah memiliki sedikit bahan organik sehingga berwarna kelabu muda.  Bila drainase agak baik, air dan suhu menguntungkan untuk peristiwa kimia, besi (Fe) dalam tanah teroksidasi sehingga menjadi senyawa yang berwarna merah dan kuning (Foth D, 1998).
            Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapat hasil :
1.      Sampel tanah Ultisol              = 5YR. 5/6 : Yellowish Red
2.      Sampe tanah Inceptisol          = 7,5YR. 5/4 : Brown, Cokelat
3.      Sampel tanah Vertisol            = 10YR. 3/1 : Very Dark Gray
4.      Sampel tanah Eentisol            = 10YR. 6/4 : Yellowish Brown
            Warna tanah diatas ditetapkan menggunakan Munsell Soil Color Chart, yaitu dimana dalam penetapan warna harus di catat HUE, VALUE, dan CHROMA.
a.       Hue : warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
b.      Value : merupakan kartu warna ke arah vertikal yang menunjukkan warna tua-muda atau hitam-putih, ditulis dibelakang nilai hue.
c.       Chroma : merupakan kartu warna yang disusun horizontal yang menunjukkan intensitas cahaya. Ditulis dibelakang value yang dipisahkan dengan garis miring.
           


b.      Tekstur Tanah
            Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara (Baver,1961).
            Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara (Baver,1961).
            Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
a.       Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
b.      Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
c.       Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
d.      Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
e.       Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
f.       Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
g.      Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
h.      Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
i.        Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
j.        Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
k.      Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
l.        Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.
            Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya kurang dari 2 milimeter). Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah (Foth, 1995).
            Ada 3 macam tekstur tanah yang utama, yaitu pasir (sand), lempung (loam), dan liat (clay). Tanah dikatakan pasir bila kandungan pasirnya lebih dari 70%. Sedangkan liat apabila kandungan liatnya lebih dari 35%. Jika suatu fraksi bukan fraksi liat ataupun pasir, maka itu adalah fraksi debu. Penetapan tekstur tanah ada 2, yaitu :
1.      Penetapan di Laboratorium
2.      Penetapan Tekstur di Lapang
            Praktikum kali ini kami menggunakan penetapan tekstur di laboratorium, dan menurut hasil praktikum, diketahui bahwa :
1.      Sampel tanah Ultisol bertekstur liat berpasir
2.      Sampel tanah Inceptisol bertekstur lempung berpasir
3.      Sampel tanah Vertisol bertekstur debu
4.      Sampel tanah Entisol bertekstur lempung
            Tanah Ultisol bertekstur liat berpasir dan memiliki ciri-ciri licin agak kasar , membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali. Tanah ini dikembangkan dari bahan-bahan induk liat di hutan dalam iklim humid untuk waktu yang sangat lama (Foth, 1988).
            Tanah Inseptisol memiliki tekstur lempung berpasir dengan cirri-ciri agak kasar, bola agak keras tetapi mudah hancur, melekat. Tanah ini mengandung pisah-pisah lempung lebih besar atau sama dengan 35% dan pasir lebih besar atau sama dengan 45 %. Inseptisol termasuk dalam tanah Andosol karena teksturnya lempung berpasir sebenarnya sudah sangat menyulitkan pertumbuhan padi sebab suhunya rendah sehingga mengakibatkan proses pelapukan terhambat (Hakim, 1986).
            Tanah Vertisol memilki tekstur liat karena cirinya rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering, sukar dipijit, mudah digulung serta melekat. Karena tanah  ini dikembangkan  dari bahan induk liat dimana ilkim musim basah dan kering jelas (Foth,1988).
            Tanah Entisol cukup mengandung debu dan lempung untuk membuat tanah bersifat kohesi dan dapat dibentuk bola yang mudah retak. Sebagian besar terdiri dari pasir, tetapi ada cukup lempung utuk menimbulkan konsistensi agak liat. Dalam keadaan lembab setelah penambahan air bersifat kohesi dan meninggalkan selaput tanah.
            Sasaran pokok cara kerja penetapan tekstur tanah adalah menentukan ukuran jarak penyusun fasa padat tanah. Pada acara praktikum ini uji tekstur tanah dilaksanakan dengan menguji suatu massa contoh tanah diantara muka ibu jari dan telunjuk, serta memperhatikan rasa tanah dan sensasi yang muncul (Poerwowidodo, 1991).
            Langkah-langkah yang perlu diikuti untuk memperoleh hasil mendekati kebenaran adalah:
1.      Contoh tanah cukup lembab.
2.      Agregat tanah contoh tanah itu harus dihancurkan selama berlangsung pengulian (Poerwowidodo, 1991).
            Rasa tanah dan sensasi tanah disidik selama proses pengulian tersebut. Rasa tanah yang disidik mencakup ada tidaknya rasa kasar atu licin, sedangkan sensasi tanah yang disidik berupa kemungkinan massa tanah itu dapat dibentuk gulungan atau pita serta kelekatan massa tanah. kelekatan tanah ditetapkan melalui penekanan massa tanah diantara muka ibu jari dan telunjuk kemudian saling menolak (Poerwowidodo, 1991).

c.       Struktur Tanah
            Struktur tanah merupakan susunan  ikatan partikel  tanah  satu  sama  lain. Ikatan  tanah berbentuk  sebagai  agregat  tanah.  Apabila  syarat  agregat  tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar  disebut  ped,  sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah  yang  sudah   terbentuk  akibat penggarapan tanah disebut clod (Baver,1961).
            Untuk  mendapatkan  struktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan  kegiatan  dilapangan,  sedang laboratorium relatif sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya  dari bentuk agregatnya. Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas tipe struktur, kelas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam kelas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 tipe tanah yaitu tipe lempeng (platy), tipe tiang, tipe gumpa l(blocky), tipe remah (crumb), tipe granulair, tipe butir tunggal dan tipe pejal (masif). Dengan pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan  sangat kasar. Untuk semua tipe tanah  dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk masing-masing tipe (Baver,1961).
            Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah (weak) yaitu tanah yang jika tersinggung  mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah sedang/cukup yaitu tanah  berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat (strong) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan (Baver,1961).
            Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 2003).
            Struktur tanah terbentuk akibat adanya penggabungan butir-butir primer tanah oleh adanya koloid tanah, humus, atau bahan kimia. Pada pengamatan struktur tanah diamati bentuk struktur, agregat tanah (ped)/ kelas struktur dan derajat struktur tanah.
            Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1.      Sampel tanah Ultisol berstruktur gumpal
2.      Sampel tanah Inceptisol berstruktur remah
3.      Sampel tanah Vertisol berstruktur remah
4.      Sampel tanah Entisol berstruktur gumpal

d.      Konsistensi tanah
            Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah (Anonymous, 2010).
            Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah (Anonymous, 2010).
            Tanah dengan konsistensi baik mudah diolah dan tidak mudah melekat pada alat pegolah tanah. Sedangkan tanah yang berkonsistensi buruk merupakan kebalikannya. Konsistensi tanah dapat ditetapkan pada keadaan basah, lembab dan kering. Konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat adhesi dan kohesi (Foth, 1988). Hal ini berkaitan erat dengan kandungan air yang yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika tersebut.
            Setiap materi tanah mempunyai konsistensi yaitu baik bila massa tanah  tanah itu besar atau kecil dalam keadaan alamiah sangat terganggu, berbentuk agregat atau tanpa struktur, maupun dalam keadaan lembab atau kering (Hakim, 1986).
            Istilah-istilah yang umum digunakan untuk menyifatkan konsistensi tanah pada kandungan air yang berbeda adalah:
1)      Konsistensi basah
            Konsistensi basah dibandingkan lagi menurut kelekatan dan keliatan. Tanah Vertisol kelekatannya lekat dan keliatannya sangat plastis. Tanah Ultisol sangat lekat dan agak plastis. Tanah Inseptisol I dan Inseptisol II agak lekat dan agak plastis. Tanah Andisol agak lekat dan tidak plastis. Kelekatan dengan ciri tanah dapat melekat atau menempel pada benda-benda yang mengenainya. Keliatan menunjukkan sifat yang mempunyai kemampuan dapat dengan mudah diubah-ubah bentuknya (Hakim,1986).
2)      Konsistensi lembab
            Konsistensi lembab kondisinya sedikit basah, kira-kira kandungan airnya terletak antara tanah kering udara dan kapasitas lapang (Hakim,1986). Tanah Vertisol memiliki konsistensi lembab teguh, tanah Ultisol dan Andisol sangat gembur, sedangkan tanah Inseptisol I dan II teguh.
3)      Konsitensi kering
            Konsistensi kering dicirikan dengan kerasnya tanah. Istilah-istilah yang digunakan adalah lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat kerasdan ektrem keras. Tanah Vertisol  memiliki konsistensi kering sangat keras, Ultisol keras, Inseptisol I dan Inseptisol II agak keras, dan Andisol lunak.
            Konsistensi pada struktur menentukan bentuk, ukuran dan agregat alami tanah tertentu, konsistensi tetap menentukan kekuatan dan keadaan alami gaya-gaya di antara partikel. Konsistensi itu penting untuk mempertimbangkan dalam pengolahan tanah dan untuk kepentingan lalu lintas. Bukit pasir menghambat sifat kohesi dan adhesi dan hal ini begitu mudah menjadi bentuk yang tidak baik dimana kendaraan dapat terjebak. Tanah liat dapat menjadi begitu lekat bila basah seperti membuat tajak atau sukar dibajak (Foth, 1988).
            Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain (Hardjowigeno, 1992).
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok kami memberikan hasil konsistensi tanah sebagai berikut :
a.       Ultisol pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan agak plastis (ps), pada konsistensi lembab gembur (f) dan pada konsistensi kering agak keras (sh).
b.      Inceptisol pada konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (p0), pada konsistensi lembab sangat gembur (vf) dan pada konsistensi kering lunak (s).
c.       Vertisol pada konsistensi basah lekat (s) dan agak plastis (ps), pada konsistensi lembab sangat teguh sekali (et) dan pada konsistensi kering sangat keras sekali (eh).
d.      Entisol pada konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (p0), pada konsistensi lembab teguh (t) dan pada konsistensi kering keras (h).








BAB IV
KESIMPULAN

1.        Warna dasar dari tanah yang diamati adalah:
a.       Sampel tanah Ultisol           = 5YR. 5/6 : Yellowish Red
b.      Sampe tanah Inceptisol          = 7,5YR. 5/4 : Brown, Cokelat
c.       Sampel tanah Vertisol            = 10YR. 3/1 : Very Dark Gray
d.      Sampel tanah Eentisol            = 10YR. 6/4 : Yellowish Brown
2.        Tekstur tanah dari contoh tanah yang diamati adalah:
a.        Sampel tanah Ultisol bertekstur liat berpasir
b.        Sampel tanah Inceptisol bertekstur lempung berpasir
c.        Sampel tanah Vertisol bertekstur debu
d.       Sampel tanah Entisol bertekstur lempung
3.        Struktur tanah dari beberapa contoh tanah yang diamati adalah:
a.        Sampel tanah Ultisol berstruktur gumpal
b.        Sampel tanah Inceptisol berstruktur remah
c.        Sampel tanah Vertisol berstruktur remah
d.       Sampel tanah Entisol berstruktur gumpal
4.        Konsistensi tanah dari beberapa contoh tanah yang diamati adalah:
a.       Ultisol pada konsistensi basah agak lekat (ss) dan agak plastis (ps), pada konsistensi lembab gembur (f) dan pada konsistensi kering agak keras (sh).
b.      Inceptisol pada konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (p0), pada konsistensi lembab sangat gembur (vf) dan pada konsistensi kering lunak (s).
c.       Vertisol pada konsistensi basah lekat (s) dan agak plastis (ps), pada konsistensi lembab sangat teguh sekali (et) dan pada konsistensi kering sangat keras sekali (eh).
d.      Entisol pada konsistensi basah lekat (s) dan tidak plastis (p0), pada konsistensi lembab teguh (t) dan pada konsistensi kering keras (h).







DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. soil. http://en.wikipedia.org/wiki/.diakses tanggal 28 April 2012.
Baver, L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york.
Foth, Henry D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Foth, Henry D. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA, Lampung.
Hakim, Nurhajati dkk. 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA, Lampung.
Hardjowigeno, S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Syarief, Saifuddin.1989. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.