LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA VI
PENGENALAN PROFIL TANAH
Oleh :
Nama :
Mety Apriyanti
NIM : A1L011152
Rombongan : 7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanah
adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N,
P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Kemas A.H., 2007).
Profil
tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara
membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam tertentu sesuai
dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang
terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam ( natural forces )
Terhadap proses pembentukan mineral, serta pembentukan dan pelapukan
bahan-bahan koloid (Hakim,1982).
Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari organism yang hidup diatasnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air di dalam tanah. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain, di samping pencampuran bahan organik di dalam proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah (Hardjowigeno,1985).
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar (Foth,1999).
Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi (penguatan) profil tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di sokong oleh analisis contoh tanah di laboratorium yang di ambil dari tiap horizon, di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Tiap jenis tanah dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari tiap horizon di dalam profil atau dari sifat-sifat fisik dan kimianya. Profil tanah ialah penampang tegak/vertikal tanah di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk bawah tanah. Solum tanah adalah penampang tanah di mulai dari horizon A hingga horizon B. Terdapat horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umumnya terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah ( Gobenhog,1994 ).
Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang di sebut tanah. Tiap tanah di cirikan oleh susunan horizon tertentu. Secara umum dapat di sebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya (Pairunan.1985).
Faktor-faktor pembentukan tanah adalah tidak tergantung ( bebas ), namun perlu dilihat situasinya. Oleh karena itu, dari seluruh faktor pada bentang lahan yang efektif sehingga hanya satu faktor peubah yang tampak. Hal ini menjadikan sekuen-sekuen tanah dapat dikatakan hanya dirajai oleh faktor tunggal, sehingga dapat ditemui tanah-tanah climosekuen, biosekuen, toposekuen, litosekuen, dan kronosekuen ( Jenny,1941 ).
Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari organism yang hidup diatasnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air di dalam tanah. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain, di samping pencampuran bahan organik di dalam proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah (Hardjowigeno,1985).
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar (Foth,1999).
Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi (penguatan) profil tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di sokong oleh analisis contoh tanah di laboratorium yang di ambil dari tiap horizon, di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Tiap jenis tanah dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari tiap horizon di dalam profil atau dari sifat-sifat fisik dan kimianya. Profil tanah ialah penampang tegak/vertikal tanah di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk bawah tanah. Solum tanah adalah penampang tanah di mulai dari horizon A hingga horizon B. Terdapat horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umumnya terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah ( Gobenhog,1994 ).
Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang di sebut tanah. Tiap tanah di cirikan oleh susunan horizon tertentu. Secara umum dapat di sebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya (Pairunan.1985).
Faktor-faktor pembentukan tanah adalah tidak tergantung ( bebas ), namun perlu dilihat situasinya. Oleh karena itu, dari seluruh faktor pada bentang lahan yang efektif sehingga hanya satu faktor peubah yang tampak. Hal ini menjadikan sekuen-sekuen tanah dapat dikatakan hanya dirajai oleh faktor tunggal, sehingga dapat ditemui tanah-tanah climosekuen, biosekuen, toposekuen, litosekuen, dan kronosekuen ( Jenny,1941 ).
Apabila kita menggali
lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada masing-masing
sisi lubang tersebut akan terdapat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat
yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan berseling-seling dengan
lapisan liat, lempung atau debu, sedang ditempat lain ditemukan tanah yang
semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan
bercak-bercak merah, dibagian tangah berwarna merah, dan lapisan atasnya
berwarna kehitam-hitaman.
Lapisan tersebut terbentuk karena
dua hal, yaitu :
1. Pengendapan
yang berulang-ulang oleh genangan air.
2. Proses
pembentukan tanah.
Horison tanah adalah lapisan-lapisan
tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. Proses
pembentukan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang
disebut tanah. Penampang vertikal tanah tersebut akan menunjukkan susunan
horison yanag disebut profil tanah.
Profil dari tanah mineral yang telah
berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison, horison-horison tersebut
diantara lain yaitu :
1) Horison
O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi)
dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa). Horison ini
ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang masih utuh. Merupakan horison
organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral.
2) Horison
A1 adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi, sehingga
berwarna agak gelap. A2 – Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum
terhadap liat, Fe, A dan bahan organik. A3 – Horison peralihan ke B, lebih
menyerupai A. Horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan
organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yang
mengalami pencucian.
3) Horison
E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar BOT,
liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida)
dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
4) Horison
B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison
diatasnya.
5) Horison
C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum
terjadi perubahan secara kimiawi.
6) Horison
R adalah batuan keras yang belum dilapuk sehingga tidak dapat ditembus akar
tanaman.
Perlu dijelaskan bahwa tanah tidak
selalu mempunyai susunan tanah seperti tersebut diatas. Horison O hanya
terdapat pada tanah hutan yang belum digunakan untuk usaha pertanian. Banyak
tanah yang tidak mempunyai horison A2 karena tidak terjadi proses pencucian
dalam proses pembentukan tanah tersebut. Di samping itu ada juga tanah yang
hanya mempunyai horison A dan C saja karena proses pembentukkan tanahnya baru
pada tingkat permulaan.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui profil tanah atau
lahan di suatu daerah.
BAB II
METODE KERJA
A.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum
ini diantaranya bor tanah, abney level (clinometer) untuk mengukur kemiringan
tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol semprot, kertas label, meteran, buku
Munsell Soil Color Chart, kantong plastik, spidol, buku pedoman pengamatan
tanah di lapang, dan daftar isian profil.
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah larutan H2O2 3%, larutan HCL 10%, larutan
αα-dipridil dalam 1N NH4Oac neteral, akuades dan
lahan pengamatan.
B.
Prosedur
Kerja
1. Tempat
pembuatan profil dipilih, sebelumnya dilakukan pengeboran (boring) ditempat-tempat
sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak
1meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
2. Lubang
yang telah digali sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran
panjang 2 m, lebar 1,5 m. Didepan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap)
ke bawah untuk memudahkan pengamatan.
C.
Pengamatan
Pengamatan dimulai dengan mengukur
dalamnya profil, diukur dari lapisan atas sampai bawah. Penarikan batas horison
atau lapisan tanah dapt ditentukan dengan melihat pebedaan warna atau menusuk-nusuk
pisau ke dalam tanah dengan tekanan tetap untuk merasakan perbedaan
kekerasannya. Selanjutnya dilakukan penetapan horison-horison dan penncatatan
pada daftar isian profil.
Dalam
pengamatan tebal horison perlu diamati :
1. Kejelasan
yang dibedakan atas :
a
= abrupt (nyata) jika tebalnya
< 2,5 cm
c
= clear (jelas), batas
peralihannya 2,50-6,25 cm
g
= gradual (berangsur), batas
peralihannya 6,25- 12,5 cm
d
= diffuse (baur), batas
peralihannya >12,5 cm
2. Topografi
batas horison yang dibedakan atas :
s = smooth
(rata), batasnya lurus teratur
w = wavy (berombak), berbentuk kantong, lebar > dalam
i = irregular
(tidak teratur), berbentuk kantong, lebar < dalam
b = broken (terputus), batas horison tidak dapat disambungkan
Setelah masing-masing horison
diketahui batasnya, masing-masing lapisan diamati : warna, tekstur, struktur,
konsistensi, pH, perakaran, kedalaman, bentukan istimewa seperti konkresi,
horison penciri, dan sebagainya.
Selain ciri-ciri morfologi profil,
perlu juga dicatat faktor-faktor sekeliling yaitu relief, lereng (posisi,
bentuk), bentuk wilayah, ketinggian tempat, bahan induk, drainase (kelas),
permeabilitas, bentuk erosi, vegetasi, iklim, curah hujan, permukaan air tanah,
usaha tani, keadaan batu, dan sebagainya.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
DESKRIPSI
PROFIL
Pemeta :
Kelompok 4
No
lapang : 1 (Satu)
Tanggal
: 12 April 2012
|
Seri
: -
Fase
: -
|
Tanda
satuan peta tanah : -
|
||
Lembaran :
-
Peta :
-
Photo
udara : -
Propinsi :
Jawa tengah
Kabupaten
: Banyumas
Kecamatan : Purwokerto Utara
Desa/kel :
Karangwangkal
Ketinggian
tempat : 90 dpl
|
Fisiografi :
Pengendapan/Sedimen
Bahan
Induk : Pengaruh dari vulkanik
Formasi
geologi : Aluvium Qal
|
|||
RELIEF
Makro
: Datar
Mikro
: Datar
|
||||
Cuaca :
Berawan
Iklim :
-
Tipe
(kopen) : -
Curah
hujan : -
mm/th
Bulan
kering : - bulan
|
LERENG
Tunggal
:
Lurus Ganda
: -
Bentuk :
- Panjang
: 200 m
Arah :
Timur Letak
: -
|
|||
DRAINASE
Permukaan :
Cepat
Kedalaman
air tanah : > 25 m
Permeabilitas :
Sedang
Glei :
-
|
||||
Vegetasi :
Asli
Dominan
: Semak belukar
Spesialis :
Pisang dan Mangga
|
||||
BATUAN
Di
permukaan : 3-5 % dari penampang
Dilapsan
ke : - % dari penampangan
|
||||
EROSI
Jenis
erosi :
Percik
Tingkatan :
Rendah
Usaha
pencegahan : -
|
PENGGUNAAN
TANAH
Lamanya :
-
Tanaman
utama : Semak belukar
|
|||
Kemampuan
wilayah :
Posisi
penampang bagan (gambar)
|
Sumber
air : Tadah hujan
|
|||
Nomer
lapisan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Dalam
lapisan
|
0-16
cm
|
16-39
cm
|
39-65
cm
|
65-88
cm
|
88-150
cm
|
Warna
tanah
|
10
YR 4/6
|
10
YR 4/6
|
10
YR 4/4
|
10
YR 4/3
|
|
Tekstur
tanah
|
Sendilum
|
Sendilerum
liat berpasir agak lekat
|
Sendilum
lempung berpasir tdk lekat tdk plastis
|
Sendilum
berpasir tidak lekat tdk plastis
|
Lumisen
pasir berlempung
|
Struktur
tanah
|
Ukuran
halus , 5-10 mm derjat lunak
|
Ukuran
halus Derajat lunak, gumpal membulat
|
Kasar
20-40 mm, gumpalan membulat, derajat cukupan
|
Gumpalan
membulat, 30- 50 mm, derajat kuat
|
Gumpalan
membulat, 10-20 mm, derajat sedang/ cukupan
|
Konsistensi
|
Tidak
lekat tidak plastis
|
Agak
lekat
|
Tidak
lekat tidak plastis
|
Tidak
lekat tidak plastis
|
-
|
Karatan
|
-
|
-
|
-
|
Mangan
(Mn)
|
-
|
pH tanah (lapang)
|
5-6
|
6
|
5-6
|
5,5
|
5,3
|
Reaksi
terhadap HCl
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Perakaran
|
-
|
-
|
sedang
|
-
|
-
|
Epipedon
|
Ochric
|
Ochric
|
Ochric
|
Ochric
|
Ochric
|
Horison
penciri bawah
|
Cambric
|
Cambric
|
Cambric
|
Cambric
|
Cambric
|
B.
Pembahasan
Profil tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran
panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan
keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang
akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan
mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan organik pertukaran ion-ion,
pergerakan dan pencucian bahan-bahan koloid (Wahyuaskari, 2011).
Pengenalan tanah di lapangan dilakukan
dengan mengamati menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Profil tanah adalah
urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar
permukaan bumi. Profil tanah dipelajari menggali tanah dengan dinding lubang
vertikal kelapisan yang lebih bawah.
Cara pembuatan profil tanah ada 3
yaitu :
a. Boring
yaitu membuat lubang kedalam tanah dengan menggunakan alat bor manual maupun
alat bor mesin dengan kedalaman ± 120 cm
b. Minipit
yaitu mengambil sampel tanah dengan kedalaman ±150 – 180 cm
c. Profil
yaitu sama dengan minipit namun lebih baik dengan kedalaman ±150 – 180 cm.
Hasil
pengamatan profil tanah
Ada pun yang diamati dalam praktikum
kali ini, yaitu :
1. Warna
Tanah
Suatu profil tanah terdiri dari
horizon-horizon dengan warna beragam antara horizon dan dalam satu horizon.
Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon itu haruslah diperi secara
lengkap. Pemberian warna tanah juga perlu memperhatikan hubungan antara pola
warna dengan struktu tanah kesarangan tanah. Agregat tanah yang disidik perlu
di hancurkan untuk memastikan apakah warna tanah tampak itu seragam diseluruh
agregat. Buku Munsell Soil Color Chart merupakan buku pedoman pemberian warna
tanah yang dipublikasikan oleh Badan Pertanian Amerika Serikat (USDA)
(Poerwidodo, 1991).
2. Tekstur
Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat
kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan
fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan
Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran
diameter paling besar yaitu 2 – 0,05 mm, debu dengan ukuran 0,05 – 0,002 mm dan
liat dengan ukuran <0,002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan
tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti
struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Hanafiah, 2007).
3. Struktur
Tanah
Struktur tanah menunjukkan kombinasi
atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada
partikel-partikel sekunder atau ped disebut juga agregat. Struktur suatu
horizon yang berbeda satu profil tanah merupakan satu ciri penting tanah,
seperti warna tekstur atau komposisi kimia. Struktur mengubah pengaruh tekstur
dengan memperhatikan hubungan kelembaban udara. Struktur berkembang tidak dari
satu butir tunggal maupun dari keadaan pejal (Foth, 1998).
4. Konsistensi
Tanah
Konsistensi adalah salah satu sifat
fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau
tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik
antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan
berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara
kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah
dengan benda lain (Hardjowigeno, 1992).
5. pH
Tanah
pH tanah menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion di dalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H+ sama dengan OH
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
Larutan HCl digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan kapur pada tanah, jika tanah berbuih berarti
terdapat kandungan kapur di dalam tanah. Sementara Larutan H2O2
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan bahan organik pada
tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat kandungan bahan organik di dalam
tanah.
Daerah yang diamati profil tanah
yaitu Kelurahan/Desa Karangwangkal, Kecamatan Purwokerto
Utara, Kabupaten/ Kota Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Hasil dari
pembuatan profil tanah pada praktikum tanah tersebut dapat dimasukkan kedalam
ordo inceptisol, sub ordo udep, sub group dystrudeis,
group typic dystrudept.
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol
merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol
berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison
kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini
cukup subur.
Padanan nama tanah antara Soil
Taxonomy tahun 1999 (A) dengan berbagai sistem klasifikasi tanah lain, yaitu:
FAO Unesco tahun 1974 (B), Dudal dan Supraptohardjo tahun 1957 (C) dan Thorp
and Smith tahun 1949 (D) adalah sebagai berikut:
A. Inceptisol.
B. Fluvisols;
Cambisols; Cambisols; Gleysols; Solonchaks.
C. Alluvials;
Regosols; Latosols; Brown Forest Soils (Calcisols); Humic Gley
Soils(Hydrosols);Low Humic Gley Soils (Hydrosols).
D. Alluvial
Soils; Regosols; Laterit Soils (Latosols); Brown Forest Soils (Braunerde);
Humic-Glei Soils; Solonchak.
Kegunaan
profil tanah bagi pertanian, yaitu :
1)
Untuk mengetahui kedalaman lapisan
olah (Lapisan Tanah Atas = O - A) dan solum tanah (O – A – E – B) agar proses pertanian dapat menghasilkan
hasil yang baik.
2) Kelengkapan
atau differensiasi horison pada profil.
3) Untuk
mengetahui warna tanah.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum
pembuatan profil tanah dapat disimpulkan bahwa tanah yang ada di daerah
kampus Unsoed tepatnya di Desa/Kelurahan Karangwangkal, Kecamatan Purwokerto
Utara, Kabupaten/Kota Banyumas Propinsi Jawa Tengah merupakan tanah Inseptisol.
DAFTAR PUSTAKA
Foth,
Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gobahong.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung. Lampung.
Hakim,N.M.Y, dkk.1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hakim,N.M.Y, dkk.1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hanafiah,
Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno,
S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Poerwowidodo.
1991. Genesa Tanah. Rajawali. Jakarta.