Selasa, 01 Mei 2012

DERAJAT KERUT TANAH


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH



Unsoed Logo.jpg



Oleh :
                                    Nama              :  Mety Apriyanti
                                    NIM                :  A1L011152
                                    Rombongan    :  7
                                    Asisten            :  1. Ratri Noorhidayah                                                                                                            
                                                                2.  Septia Linda Nurvita





KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012







BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
            Tanah itu adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) dipermukaan bumi (Hakim, 1986).
            Tubuh alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya.
            Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.  Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.
            Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah  baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
            Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :
1.      Pasir (0,05 mm – 2,00 mm),bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relatif baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2.      Debu (0,002 mm – 0,005 mm), sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3.      Liat (<0,002 mm), berbentuk mika/lempeng, mempunyai sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar.
            Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara tanaman, semuanya erat  hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
            Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil karya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda.
            Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil  tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk   budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor utama dalam budidaya pertanian.


B.     Tujuan
             Mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.







BAB II
METODE KERJA


A.    Alat dan Bahan
           Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol semprot, air, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong, serbet / lap pembersih dan contoh tanah halus (<0,5 mm).


B. Cara Kerja
1.      Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
2.      Pasta tanah yang sudah homogen dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).
3.      Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).









BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.     Hasil Pengamatan
1)      Cawan Dakhil Kaca
No.
Jenis tanah
Pengamatan ke:
1
2
3
4
5
6
1.
Vertisol
Ø1
47,05
46,44
45,5
39,0
Ø2
48,0
46,37
45,45
39,3
X
47,525
46,405
45,475
39,15
2.
Entisol
Ø1
44,8
41,7
4,7
41,1
Ø2
44,5
40,0
40,0
39,2
X
44,65
40,85
40,85
40,15
3.
Andisol
Ø1
4,51
4,51
4,51
4,51
4,51
4,51
Ø2
4,51
4,51
4,51
4,51
4,51
4,51
X
4,51
4,51
4,51
4,51
4,51
4,51
4.
Inceptisol
Ø1
47,92
44,76
43,63
37,3
Ø2
47,57
44,44
43,62
37,6
X
47,7
44,6
43,625
37,45
*Dalam mm






2)      Cawan Dakhil Tembaga
No.
Jenis tanah
Pengamatan ke:
1
2
3
4
5
6
1.
Vertisol
Ø1
36,3
31,45
29,9
28,5
Ø2
36,7
31,5
29,9
28,6
X
36,5
31,475
29,9
28,55
2.
Entisol
Ø1
33,7
31,7
30,2
Ø2
34,9
31,7
31,7
X
34,3
31,7
30,95
3.
Andisol
Ø1
3,48
3,48
3,47
3,47
3,465
3,465
Ø2
3,31
3,31
3,30
3,30
3,295
3,295
X
3,395
3,395
3,385
3,385
3,38
3,38
4.
Inceptisol
Ø1
37,83
36,55
35,23
34,50
Ø2
37,46
36,55
35,18
34,60
X
37,645
36,55
35,20
34,55
*Dalam mm

Perhitungan:

Rumus :            
Keterangan :
D1       : diameter awal
D2       : diameter akhir
DKT    : derajat kerut tanah


I.            Cawan Dakhil Kaca
1.      Vertisol
DKT          =            
                  =  17,62 %

2.      Entisol
DKT          =  
            =  10,056 %

3.      Andisol
DKT          = 
            =  0 %

4.      Inceptisol
DKT          = 
              =  21,48 %

II.            Cawan Dakhil Tembaga
1.      Vertisol
DKT          = 
            = 21,78 %

2.      Entisol
DKT          = 
            =  9,76 %

3.      Andisol
DKT          = 
            = 0,44 %

4.      Inceptisol
DKT          = 
            =  8,11 %


B.     Pembahasan
            Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik (Hakim, 1986).
            Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik, dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
            Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
            Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
            Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang  berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohke, 1968).
            Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama yaitu pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas tertentu (Notohadiprawiro, 1998).
            Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kadang juga sirkon, turmalin dan horn blende. Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan mempunyai bentuk membulat walaupun permukaan luarnya tidak selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran tertentu yang terkait erat dengan keabrasiannya (Poerwowidodo, 1991).
            Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu ini mendekati zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan per satuan massa yang lebih besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung (Purwowidodo, 1991).
            Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid.
            Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
            Berbagai macam ukuran, tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
            Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi (Soegiman, 1982).
            Pada praktikum acara derajat kerut tanah diperoleh data derajat kerut untuk 4 jenis tanah, yaitu vertisol 21,78% ; entisol 9,76% ; andisol 0,44% ; dan inceptisol 8,11%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah vertisol.
            Tanah Vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi, retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering. Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua adalah tanah entisol. Tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetik alamiah, juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas.
            Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan ketiga adalah Inceptisol. Pada tanah Inceptisol profilnya mengandung horizon yang diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil dari perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat (Buckman, 1982).
            Produktivitas alami Inceptisol sangat bervariasi, ada yang sangat subur dan ada juga yang mengandung bahan organik rendah. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir.
            Pada praktikum derajat kerut tanah Andisol ini mempunyai derajat kerut paling kecil yaitu 0,44%. Hal ini berkaitan dengan kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi bahan organik tanah, maka tanah tersebut akan mempunyai derajat kerut yang kecil. Andisol terdapat di wilayah datar, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Bahan induknya adalah abu atau tuf volkan proses pembentuk tanah adalah alterasi, liksiviasi atau laterisasi lemah, warna tanahnya adalah hitam, kelabu sampai coklat tua.









BAB IV
KESIMPULAN


1.      Sifat-sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
2.      Kandungan liat yang besar mempengaruhi besarnya derajat kerut.
3.      Urutan derajat kerut tanah dari yang paling tinggi ke rendah yaitu Vertisol, Entisol, Inseptisol, dan Andisol.
4.      Semakin rendahnya derajat kerut tanah maka kandungan bahan organiknya semakin tinggi.








DAFTAR PUSTAKA


Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA. Lampung.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd.       Bombay.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan Tinggi,      Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan.       Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Tabel hasil pengamatan

Derajat kerut suatu tanah juga dapat dihitung, yaitu dengan rumus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar