LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH
Oleh :
Nama :
Mety Apriyanti
NIM : A1L011152
Rombongan : 7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanah berperanan penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah menentukan
jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jadi,
tidak hanya berperan sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai
media pengatur air. Analisis tanah membantu penyelidikan produktivitas dan
penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan karena kondisi setiap
tanah berbeda-beda bergantung pada proses pembentukannya. Proses pembentukan
tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan (pedogenesis) maupun kegiatan manusia
(metapedogenesis). Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar
tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci
dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut
mungkin terangkat kelapisan tanah atas.
Air
mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai
media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu
banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila
evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas.
Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi
akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman
mati.
Dua fungsi yang saling berkaitan
dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan
pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh
tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan
meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan
sebaran hujan sepanjang tahun.
Kadar air tanah dinyatakan dalam
persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara penetapan
kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam
oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah.
Berdasarkan
gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka
air tanah dibedakan menjadi: air higroskopis,air kapiler dan air gravitasi.
1.
Air Higroskopis
Air
higraskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga
tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan selaput
tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah
ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0 – 4,7).
2.
Air Kapiler
Air
kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi
yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke samping atau
ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding
pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm (pF 2,52 – 4,20)
Air
kapiler dibedakan menjadi:
a. Kapasitas lapang,
yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua.
Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan
lebat tanah dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi sudah turun semua.
Pada kondisi kapsitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman karena
pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air. Kandungan
air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54.
b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan
jika hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air
ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga
sebagai koefisien layu tanaman.
3.
Air Gravitasi
Air
gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah
meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari
tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam
dan miskin unsur hara.
Kandungan
air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah
nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti
tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang
penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum
terisi penuh. Jadi, yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang
bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105°C hingga diperoleh berat tanah
kering yang tetap.
B.
Tujuan
Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air
maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa
padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.
BAB II
METODE KERJA
A.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah botol timbang, timbangan analitis, keranjang kuningan,
cawan tembaga porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2mm, bak
perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit, eksikator dan contoh
tanah kering angin.
B.
Cara
Kerja
1.
Kadar
air tanah kering angin (udara)
a. Botol
timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (= a gram).
b. Botol
timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2 mm, kurang
lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (= b gram).
c. Botol
timbang yang berisi tanah dimasukan ke dalam oven dengan keadaan tutup terbuka.
Pengovenan dilakukan pada suhu 105-110ºC
selama minimal 4 jam.
d. Setelah
waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang
penjepit.
e. Botol
timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang
penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit.
f. Setelah
itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang penjepit untuk
ditimbang dengan timbangan yang sama (= c gram).
2.
Kadar
air kapasitas lapang (metode pendekatan)
a. Keranjang
kuningan dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (= a gram)
b. Keranjang
kuningan yang telah ditimbang diletakkan ke dalam bejana seng.
c. Contoh
tanah kering angin 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi
25 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa ditekan.
d. Diteteskan
air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3 titik
tanpa bersinggungan (1 titik = 0,67 ml), kemudian bejana seng
ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.
e. Keranjang
kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga
tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (= b gram).
Perhitungan :
Kapasitas Lapang
= 2 x 100% + Ka
b-
(a+2)
3.
Kadar
air maksimum tanah
a. Cawan
tembaga porus dan petridis dibersihkan dan diberi label secukupnya.
b. Pada
dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan
botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke
dalam petridis kemudian ditimbang (= a gram).
c. Cawan
tembaga porus dikeluarkan dari petridis, diisi dengan contoh tanah halus (0,5
mm) kurang lebih 1/3-nya. Cawan diketuk-ketuk perlahan sampai permukaan
tanahnya rata. Contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3-nya dengan jalan yang
sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah
diatas cawan diratakan dengan colet.
d. Cawan
tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu dibawahnya agar
air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12 -16
jam.
e. Setelah
waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perendam.
Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet, dibersihkan dengan
serbet (lap), dimasukkan ke dalam cawan petridis yang digunakan pada
waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (= b gram).
f. Cawan
tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-110ºC.
g. Setelah
waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan dimasukkan ke
dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan tang penjepit
kemudian ditimbang beratnya (= c gram).
h. Tanah
yang ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan
dengan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang beratnya (= d
gram).
Kadar air maksimum = (b – a) - (c – d) x
100 %
(c
–
d)
BAB III
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Tanah
Vertisol
1. Tanah
Kering Udara
Ulangan
|
Botol timbang kosong (a g)
|
(a) + contoh tanah (b g)
|
(b) setelah dioven (c g)
|
Kadar air tanah kering udara (%)
|
Ka
1
|
22,9504
|
36,20
|
34,55
|
14,22
|
Ka
2
|
23,9948
|
37,46
|
36,173
|
11,41
|
Rata-rata
|
12,815
|
2. Kapasitas
Lapang
Ulanagan
|
Keranjang kuningan kosong (a g)
|
(a) + gumpalan tanah basah
(b g)
|
Kadar air kapasitas lapang (%)
|
KL-1
|
20,42
|
45,35
|
22,94
|
KL-2
|
32,68
|
43,59
|
33,85
|
Rata-rata
|
28,39
|
3. Kadar
air maksimum
Ulangan
|
Cawan + kertas saring jenuh +
petridish
( a g)
|
(a) + tanah basah jenuh
air (b g)
|
(b) setelah dioven 24 jam (c g)
|
Petridish + kertas
saring setelah dioven (d g)
|
Kadar air maksimum (%)
|
KAM-1
|
59,3344
|
112,5475
|
86,72
|
58,57
|
89.06
|
KAM-2
|
59,8541
|
115,0364
|
89,01
|
59,57
|
87,47
|
Rata-rata
|
88,24
|
Perhitungan:
1.
Tanah
kering udara
a. Ka-1
= (b – c) x 100%
(c – a)
= (36,20 –
34,55) x 100%
(34,55
– 22,95)
= 14,22 %
b. Ka-2
= (b – c) x 100%
(c – a)
= (37,46 –
36,17) x 100%
(36,17
– 23,99)
= 11,41 %
Rata-rata =
14,22 % + 11,41 % = 12,815 %
2
2.
Kapasitas
lapang
a. KL-1
=
2 x 100% +
Ka
b
– (a + 2)
=
2
x 100% + 14,22
45,35 – (22,42)
= 22,94 %
b. KL-2
=
2 x 100% + Ka
b – (a + 2)
=
2
x 100% + 11,41
43,59
– (34,68)
= 33,85 %
Rata-rata
= 22,94 % + 33,85% = 28,39 %
2
3.
Kadar
air maksimum
a. KAM-1
= (b – a) – (c – d ) x 100%
(c
– d)
= (112,55
– 59,33) – (86,72 – 58,57) x 100%
(86,72 – 58,57)
= 89,06 %
b. KAM-2
= (b – a) – (c – d )
x 100%
(c – d)
= (115,04 – 59,85) – (89,01 –
59,57) x 100%
(89,01
– 59,57)
= 87,47 %
Rata-rata = 89,06 % + 87,47 % = 88,24
%
2
B.
Pembahasan
Kadar air tanah dipengaruhi oleh
kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan organik
tanah akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam kedalaman solum tanah maka
kadar air juga semakin tinggi. (Hanafiah, 2007)
Menurut Hardjowigeno (1987) tanah yang bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan
air yang kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman
yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada
tanah-tanah bertekstur lempung atau liat.
Menurut
Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap)
oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase
yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya
gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka
air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
1. Air
higroskopis, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah
dengan air. Air higroskopis merupakan selimut air pada permukaan butir-butir
tanah.
2. Air
kapiler, adalah air tanah dimana daya kohesi (gaya tarik-menarik antara sesama
butir-butir air) dan gaya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari
gravitasi. Air ini dapat begerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal
(ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan
air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
3. Air
gravitasi, adalah bagian dari air tanah yang tidak dapat ditahan oleh tanah dan
mengalir secara bebas karena pengaruh gaya gravitasi. Jumlah air yang ditahan
oleh tanah setelah air gravitasi habis disebut air kapasitas lapang, dengan
besarnya tekanan sekitar 1/3 atmosfer. (Hasan, 2011).
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab
yang menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut
terus-menerus diserap oleh akar tanaman atau menguap, sehingga tanah makin lama
makin mengering. Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis
tanah dan ruang pori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda sebab ruang
pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian dari
pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu
lintas air maupun udara.
Kadar air maksimum suatu jenis tanah
ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman tanah dan
pelapisan tanah (Hakim, 1986).
Kadar air kering udara berguna untuk
mengetahui kadar air yang terkandung pada sampel tanah atau tanaman yang sudah
dikering udarakan. Berfungsi sebagai faktor kadar air pada setiap perhitungan
analisa.
Berdasarkan data yang kami peroleh
pada percobaan tanah kering udara pada tanah Vertisol mempunyai kadar air tanah
kering udara berturut-turut pada ulangan I, dan II adalah 14,22 % dan
11,41 % dengan rata-rata 12,815 %. Hal ini disebabkan oleh kadungan bahan
organik antara 2- 8 % dengan kapasitas pengikatan air yang tinggi sehingga
terasa seperti sabun jika diremas (Munir, 1996).
Berdasarkan percobaan yang kedua yaitu kadar air kapasitas lapang pada tanah Vertisol
pada ulangan pertama adalah 22,94 % dan pada ulangan kedua sebesar 33,85
% dengan rata-rata adalah 28,39 %. Pada ulangan pertama kapasitas air lapang
lebih kecil, jika pemberian air pada permukaan tanah dihentikan, air akan turun
ke bawah lebih cepat.
Berdasarkan percobaan yang ketiga yaitu kadar air maksimum pada tanah Vertisol
dapat diperoleh data yaitu pada KAM-1 sebesar 89,06 % dan KAM-2 sebesar 87,47 %
dengan rata-rata 88,24 %. Menurut Raes (1988) Kandungan air antara
kapasitas lapang dan titik kritis disebut RAW (Readily Available
Water). Perbandingan antara RAW dengan total air tanah yang tersedia
dipengaruhi oleh iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis tanaman dan tingkat
pertumbuhan tanaman.
Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat tanah.
Humus merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami perubahan bentuk dan
bercampur dengan mineral tanah. Sumber bahan organik tanah adalah hasil
fotosintesis, yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta tanaman
lainnnya.
Bahan organik tanah merupakan hasil
dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah.
Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa
tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan
organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu
dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, dkk. 1992).
Sebagian besar air yang diperlukan
oleh tumbuhan berasal dari tanah ( disebut air tanah ). Air ini harus tersedia
pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Kadar
dan komposisi udara tanah sebagian besar ditentukan oleh hubungan air dan tanah.
Udara tanah yang terdiri dari campuran gas itu bergerak menuju ke pori-pori
yang belum diduduki oleh air (Hakim,1986).
Tumbuhan air umumnya memerlukan air
lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lain. Air diperlukan oleh tumbuhan
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi,
dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut
hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh jaringan tumbuhan. Air tanah berfungsi
sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Air tanah dan unsur hara ini membentuk
larutan tanah. Air tanah berfungsi membawa unsur hara ke permukaan akar
tumbuhan. Di dalam jariingan atau tubuh tumbuhan ini juga berperan mengangkut
unsur hara yang diserap akar ke seluruh tanaman (Indranada, 1994).
Tanah yang diovenkan beratnya akan
berkurang dari berat awal. Hal ini dikarenakan hilangnya kadar air yang
terkandung pada tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Craig (1994)
yang menyatakan bahwa energi yang telah dilepaskan ketika air berubah dari uap
air menjadi cairan. Pembebasan panas dan pembentukanair hujan merupakan sumber
energi utama untuk sistem hujan. Bila butir-butir air hujan jatuh ke atas
tanah kering dan diserap oleh permukaan partikel tanah, terjadi penurunan
lebih lanjut dalam pergerakan dan mempunyai tapak positif dan negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar air di dalam tanah adalah :
a) Kadar
Bahan Organik Tanah
Bahan
organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel
mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga
makin tinggi kadar bahan organik tanah makin tinggi kadar dan ketersediaan air
tanah.
b) Kedalaman
Solum atau Lapisan Tanah
Kedalaman
solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam maka
ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.
c) Iklim
dan Tumbuhan
Faktor
iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat
diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan udara
merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air tanah
dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah.
Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah
faktor pertumbuhan yang berarti.
d) Senyawa
Kimiawi
Garam-garam
dan senyawa pupuk atau ameliorant baik alamiah maupun non-alamiah mempunyai
gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju
meningkat.
Berikut ini adalah jawaban dari
pertanyaan halaman 5 diktat, yaitu :
1. Air
higroskopis adalah air yang diabsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga
tidak tersedia dalam jumlah banyak bagi tanaman. Air kapiler adalah air tanah
yang tertahan oleh tanah karena gaya adhesi dan kohesi yang lebih besar dari
pada gaya gravitasinya. Sedangkan air gravitasi adalah air yang tidak bisa
ditahan oleh tanah akibat gaya gravitasi yang menyebabkan air meresap ke bawah.
2. Diketahui
kadar air tanah kering udara = 25 % ; bobot tanah kering mutlak 24 gram, maka
bobot tanah kering udara adalah :
Ka =
Bobot tanah kering udara
x 100 %
Bobot tanah kering mutlak
=
25 x 100 %
24
= 104,16 %
3. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah
a. Kemampuan
tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil daripada tanah
yang bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat.
b. Kadar
bahan organik tanah (BOT). Semakin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar dan
ketersediaan air tanah.
c. Senyawa
kimiawi. Semakin banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan menyebabkan kadar
dan ketersediaan air tanah menurun. Tanah kering udara adalah tanah yang tidak
terkena cahaya matahari langsung.
Faktor lainnya yang mempengaruhi
kadar air tanah adalah tekstur tanah, dengan adanya perbedaan jenis tekstur
tanah dapat menggambarkan tingkat kemampuan tanah untuk mengikat air, contohnya
tanah yang bertekstur liat lebih mampu mengikat air dalam jumlah banyak
dibandingkan tanah yang bertekstur pasir, sedangkan tanah bertekstur pasir
lebih mampu mengikat air daripada tanah bertekstur debu.
Faktor lain yang mempengaruhi kadar
air tanah adalah struktur tanah, pori tanah, dan peremeabilitas tanah. Tanah
yang mempunyai ruang pori lebih banyak akan mampu menyimpan air dalam jumlah
lebih banyak karena ruang-ruang pori tanah akan terisi oleh air.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa, kadar dan komposisi
udara tanah sebagian besar ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Kadar
air tanah merupakan perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan
berat kering tanah tersebut. Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung
pada jenis tanah dan ruang pori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda.
Tinggi rendahnya kadar air maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebab
tanah juga mempunyai tekstur yang berbeda pula.
Data yang kami peroleh dari hasil
perhitungan untuk rata-rata kadar air tanah Vertisol adalah sebagai berikut:
a. Kadar
air tanah kering udara sebesar 12,815 %
b. Kadar
air kapasitas lapang tanah sebesar 28,39 %
c. Kadar
air maksimum tanah sebesar 88,24 %
DAFTAR PUSTAKA
Buringh,
P. 1983. Pengantar Pengajian Tanah-Tanah Wilayah Tropika dan
Subtropika. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Darmawijaya.
1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hakim,
Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA. Lampung.
Hanafiah,
K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Press. Jakarta.
Hardjowigeno.
S., 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Indranada,
Henry . 1994 . Pengelolaan Kesuburan Tanah . Bumi Aksara. Semarang.
Madjid,
Abdul. Fisika Tanah (Bagian 6: Air Tanah daan Kadar Air Tanah). http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/04/fisika-tanah-bagian-6-air-tanah- dan.html
Raes,
D. dkk. 1987. Irrigation Schedulling Information Sistem. Katholike
Universiteit Leuven. Leuven.
Soetjipto
. 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Erlangga. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar